Klik Hijau

Menyoal Perbedaan Halal Tourism , Muslim Friendly Tourism , dan Family Friendly Tourism

Menyoal Perbedaan Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism

  • Latest Posts

Irhyl R Makkatutu

  • 5 Cara Jitu Menghalau Babi ala Masyarakat Bulukumba - 14/07/2024
  • Erembua’, Muncul Sekali Setahun dan Jadi Penanda Musim - 08/07/2024
  • Kopi di Separuh Napas Ayah - 07/07/2024

Klikhijau.com – Setelah perjuangan panjang selama lima tahun. Pada tahun 2019 ini destinasi wisata di Indonesia menempati peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal ( Halal Tourism) dunia versi GMTI (Global Muslim Travel Index) 2019.

Gelar itu diumumkan langsung oleh CrescentRating – Mastercard pada bulan April lalu. CEO CresentRating, institusi penilai GMTI 2019, Fazal Bahardeen menyampaikan jika tahun 2019 Indonesia menduduki peringkat pertama wisata halal dunia versi GMTI 2019, bersanding dengan Malaysia dengan skor total 78.

Setelah menduduki peringkat pertama, muncul berbagai usulan nama yang bikin puyeng kepala. Ketiga nama itu adalah Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism. Namun, jika ditelisik lebih dalam, tujuan ketiga nama itu merujuk pada wisata halal. Hanya perbedaan nama saja.

Namun, persoalan nama bukan persoalan remeh. Sebab hal itu melahirkan pro dan kontra. Untuk lebih jelas perbedaan ketiganya, saya akan menyertakan ulasan Heru di genpi.co , Rabu, 31 Juli 2019 lalu.

Menurut Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Kemenpar, Anang Sutono, yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kemenpar mengatakan, ada perbedaan antara Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism dan Family Friendly Tourism . Berikut penjelasannya:

Halal Tourism (Wisata Halal)

Halal Tourism dapat menjadi selling point utama bagi umat muslim di negara-negara mayoritas non muslim di mana produk dan jasa halal masih sulit ditemukan.

Kemudian, Halal Tourism menjadi jaminan mutu bahwa semua produk dan jasa yang ditawarkan sudah sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, halal tourism dapat mendorong pelaku industri untuk memenuhi ketentuan dari konsep halal. Untuk konteks di Indonesia, diperlukan karena masih ada produk yang tidak halal.

Di sisi lain, Halal Tourism membuat pelaku industri dan regulator pariwisata menjadi terikat dengan ketentuan halal/Syariah yang infrastrukturnya masih perlu ditingkatkan. Sehingga, dibutuhkan kesadaran dari pelaku Industri pariwisata dan dimudahkan dari segi sertifikasi halal.

Muslim Friendly Tourism (Pariwisata Ramah Muslim)

Istilah ini bisa digunakan negara mayoritas Muslim. Namun tidak menggunakan hukum Islam sebagai dasar negara. Sehingga, terminologi Muslim Friendly Tourism dapat menjadi pembeda yang lebih jelas dibanding dengan Family Friendly Tourism .

Di sisi lainnya, Muslim Friendly Tourism akan menimbulkan degradasi terhadap komitmen halal dari negeri tersebut. Kemudian, bagi negara-negara yang penduduknya adalah Muslim, memakai terminologi “Muslim Friendly” dapat menimbulkan pandangan bahwa negara tersebut tidak ramah bagi umat agama lain.

Terminologi ini lebih sesuai bagi negara-negara mayoritas Non Muslim, seperti Jepang, Korea dan Thailand.

Family Friendly Tourism (Pariwisata Ramah Keluarga)

Lebih inklusif, baik bagi wisatawan Muslim dan Non Muslim. Cocok bagi Wisatwan Muslim dari Timur Tengah, negara Arab lainya, dan negara-negara mayoritas Muslim lainya, seperti Pakistan dan Bangladesh.

Di sisi lain terminologi ini tidak mendeskripsikan secara akurat apakah negara-negara tersebut berkomitmen terhadap ketentuan Halal. Hal ini disebabkan pemahaman terminologi “Family Friendly” dapat memberikan arti yang berbeda-beda bagi wisatawan.

Bukan hanya itu, dapat pula menimbulkan kekecewaan bagi wisatawan mancanegara yang memahami bahwa Family Friendly Tourism adalah Pariwisata Halal. Sementara penyedia jasa memahami bahwa Family Friendly Tourism adalah wisata keluarga secara umum.

Nah, begitulah perbedaan ketiga nama tersebut. Semoga kepalamu tidak lagi puyeng setelah tahu. Namun, lebih dari itu, apa pun namanya, yang penting pariwisata Indonesia mampu membawa kesejehateraan bagi masyarakat dan tetap ramah lingkungan.

KLIK Juga Ini!

Jelajah Gua Leang Passea, Situs purbakala Tertua di Bulukumba

KajianPustaka.com

  • metode pembelajaran

Wisata Halal (Halal Tourism) - Pengertian, Prinsip, Syarat dan Kriteria

Muchlisin Riadi

Wisata halal atau halal tourism adalah sebuah kegiatan perjalanan dimana layanan atau fasilitas yang menunjang kegiatan berwisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan muslim yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip nilai syariah Islam. Prinsip-prinsip syariah tersebut tidak hanya terfokus pada objek saja, tetapi perilaku saat melaksanakan perjalanan dan fasilitas pendukung lainnya.

Wisata Halal (Halal Tourism) - Pengertian, Prinsip, Syarat dan Kriteria

Wisata halal di berbagai negara dikenal dengan banyak istilah, seperti; islamic tourism, halal tourism, halal travel, halal lifestyle, halal friendly tourism destination, atau muslim friendly travel destination. Menurut Kementrian Pariwisata, menyebutkan wisata halal adalah sebuah kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah.

Munculnya istilah halal tourism atau pariwisata halal pada awalnya kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan atas dasar untuk menumbuhkan motivasi rasa atau nilai religi yang ada pada dirinya dengan mengunjungi tempat-tempat ibadah, tempat pemakaman, atau tempat bersejarah yang memiliki nilai-nilai religi sesuatu dengan agama yang dianut.

Pengertian Wisata Halal 

Berikut definisi dan pengertian wisata halal, wisata religi atau halal tourism dari beberapa sumber buku dan referensi:

  • Menurut Priyadi (2016), wisata halal adalah pariwisata yang mengedepankan nilai keislaman di setiap aktivitas yang dilaksanakan. Wisata halal tidak hanya terfokus pada objek saja, tetapi perilaku saat melaksanakan perjalanan dan fasilitas pendukung lainnya. 
  • Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggraan pariwisata berdasar prinsip syariah, wisata halal adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, mempelajari keunikan daya tarik wisata untuk wisata sesuai prinsip syariah. 
  • Menurut El-Gohary (2016), wisata halal adalah kegiatan pariwisata dimana layanan atau fasilitas yang menunjang kegiatan berwisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan Muslim, seluruh fasilitas diarahkan untuk memudahkan wisatawan Muslim melakukan kegiatan sesuai dengan anjuran agama.
  • Menurut Bawazir (2013), wisata halal adalah wisata yang prosesnya sejalan dengan prinsip-prinsip nilai syariah Islam, baik dimulai dari niatnya semata-mata untuk ibadah dan mengagumi ciptaan Allah, selama dalam perjalanannya tidak meninggalkan ibadah dan setelah sampai tujuan wisata, tidak mengarah ke hal-hal yang bertentangan dengan syariah, makan dan minum yang halalan thayyiban, hingga kepulangan-nya pun dapat menambah rasa syukur kita kepada Allah.

Prinsip-prinsip Wisata Halal 

Dalam hukum bisnis syariah, istilah usaha sering diartikan sebagai suatu perbuatan manusia untuk mendapatkan sumber penghidupan. Islam memandang ketika menjalankan suatu usaha atau perusahaan, seseorang haruslah mengaitkan segala sesuatu dengan ketentuan syariat. Suatu perusahaan dikatakan telah menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan bersertifikasi halal memenuhi standar tertentu yang telah ditetapkan oleh lembaga berwenang.

Menurut Yusanto, dkk (2002), dalam menjalankan kegiatan atau usaha, seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan dalam Islam, antara lain yaitu:

a. Prinsip Kesatuan 

Landasan utama yang ada dalam syariat. Dimana setiap aktivitas manusia berpariwisata dan berbisnis halal harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya dalam setiap aktivitas bisnisnya harus dilandasi dengan nilai-nilai ibadah.

b. Prinsip Kebolehan 

Konsep halal dan haram tidak saja pada barang yang dihasilkan dari sebuah hasil usaha, tetapi juga proses mendapatkannya, artinya barang yang diperoleh harus dilakukan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariah islam.

c. Prinsip Keadilan 

Merupakan nilai dasar, etika aksiomatik dan prinsip bisnis islami yang bermuara pada satu tujuan, yaitu menghindari kedzaliman dengan tidak memakan harta sesama dengan cara batil. Sebab pada dasarnya hukum asal dalam melakukan perjanjian adalah keadilan jangan sampai transaksi syariah memuat sesuatu yang diharamkan hukum, seperti riba, gharar, judi, dll. Karena nantinya semua perbuatan manusia akan dimintai pertanggung-jawabannya di akhirat untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan.

d. Prinsip Kebenaran dan Kejujuran 

Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan aturan islam. Dalam konteks bisnis islami, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar, yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari/memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih/menetapkan margin keuntungan (laba).

Menurut DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016, tentang Pedoman Penyelenggaraan pariwisata berdasar prinsip syariah menyebutkan bahwa, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan wisata halal adalah sebagai berikut:

a. Orientasi kemaslahatan 

Pembeda antara wisata konvensional dengan Syariah yang pertama adalah wisata syariah tidak hanya semata-mata untuk bertujuan untuk kepuasan para wisatawan, namun juga memperhatikan dampak ekonomi yang dirasakan baik itu bagi para wisatawan ataupun masyarakat daerah sekitar area wisata, pada wisata syariah harus di capai prinsip bahwa aktivitas pariwisata tersebut memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian.

b. Ketersediaan fasilitas ibadah 

Area pariwisata yang diminati oleh para wisatawan pada umumnya adalah area yang memiliki fasilitas fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan, karena wisata syariah secara khusus ada untuk wisatawan yang muslim, sehingga penyediaan fasilitas ibadah adalah suatu keharusan bagi penyedia tempat wisata syariah, mulai dari ketersediaan tempat shalat yang layak, MCK, ketersediaan tempat wudu dan air yang bersih.

c. Makanan dan minuman 

Selain menyediakan fasilitas ibadah, sebuah area wisata syariah juga harus menyediakan makanan yang halal dan toyyib, sebagaimana yang disabdakan dalam Al-quran QS. Al-Baqarah ayat 173, bahwa setiap muslim wajib untuk memakan makanan yang halal lagi toyyib.

d. Tidak adanya hal hal yang dilarang 

Konsep wisata syariah selain menuntut menyediakan beberapa hal yang dibutuhkan wisatawan, juga ada hal hal yang harus dihilangkan di area wisata tersebut, yaitu:

  • Tidak adanya hal-hal yang membawa para wisatawan ke arah yang musyrik dan kurafat, seperti tidak adanya tempat tempat keramat atau tempat tempat sesembahan. 
  • Tidak adanya hal-hal yang diharamkan lainnya seperti perjudian, minuman keras, tempat berkhalwat, dan lainnya.

Syarat dan Kriteria Wisata Halal 

Wisata halal merupakan produk dan layanan pariwisata yang mencakup segala kebutuhan wisatawan muslim yang berkaitan dengan makanan dan kegiatan ibadah. Konsep halal sendiri digunakan secara umum untuk perbuatan yang diizinkan untuk dilakukan, konsep halal tidak hanya diaplikasikan pada makanan. Namun, juga termasuk semua aspek produk yang ditawarkan.

Adapun beberapa syarat dan kriteria yang perlu dipenuhi dalam wisata halal antara lain yaitu:

a. Destinasi pariwisata (alam, budaya, atau buatan) 

  • Adanya pilihan kegiatan wisata, seni, dan kebudayaan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
  • Dapat menyelenggarakan minimal satu festival halal life style jika dimungkinkan.
  • Orang yang terlibat dalam kegiatan wisata harus berpakaian dan berpenampilan sopan.
  • Adanya pilihan daya tarik wisata yang terpisah untuk pria dan wanita dan/atau mempunyai aturan pengunjung tidak berpakaian minim.

b. Akomodasi 

  • Adanya makanan dan produk halal lainnya. 
  • Adanya fasilitas ibadah yang memudahkan wisatawan untuk beribadah, seperti masjid, mushola dan fasilitas bersuci. 
  • Adanya pelayanan khusus bulan Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan sahur dan buka puasa. 
  • Tidak ada kegiatan non-halal seperti perjudian, minuman beralkhohol, dan kegiatan diskotik. 
  • Adanya fasilitas rekreasi kolam renang dan fasilitas kebugaran/gym yang terpisah antara pria dan wanita. 
  • Jika hotel menyediakan fasilitas spa, maka terapis pria untuk pelanggan pria dan terapis wanita untuk pelanggan wanita. Bahan yang digunakan harus halal.

c. Biro perjalanan 

  • Menyediakan paket wisata yang sesuai dengan kriteria umum pariwisata halal. 
  • Tidak menawarkan aktivitas non-halal. 
  • Memiliki daftar usaha penyedia makanan dan minuman halal. 
  • Pemandu wisata memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam menjalankan tugas. 
  • Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan norma Islam.

Unsur-unsur Wisata Halal

Menurut Djakfar (2017), terdapat beberapa unsur yang perlu dipenuhi dalam pelaksanaan wisata halal, di antaranya adalah:

a. Objek wisata: destinasi (sasaran kunjungan) 

Semua objek wisata yang ada dapat dikelola menjadi destinasi wisata halal selagi tidak ada faktor yang bertentangan dengan syariat Islam. Pertama, destinasi wisata harus memiliki tujuan untuk terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan umum. Kedua, sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata harus dilengapi dengan fasilitas ibadah yang memadai, mudah dijangkau, dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Ketiga, destinasi wisata harus terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

b. Perhotelan: infrastruktur akomodasi 

Sebagai penunjang kegiatan pariwisata, membutuhkan infrastruktur pendukung seperti ketersediaan hotel untuk tempat menginap bagi para wisatawan. Bisnis perhotelan memiliki dua fungsi penting, yaitu menyediakan produk riil (tangible producut) dalam wujud penyediaan kamar dan fasilitasnya beserta konsumsi baik makanan maupun minuman. Selain itu juga menjual produk yang tidak tampak yaitu layanan jasa yang bisa dirasakan oleh wisatawan.

Maka dari itu, fasilitas yang dijual oleh hotel dalam pandangan fikih tidak boleh ada aspek apapun yang bertentangan dengan syariah. Seperti, terbebas dari segala jenis makanan dan minuman memabukkan dan mengandung bahan yang haram dikonsumsi. Mengutamakan layanan yang mencerminkan etika Islam, tidak hanya yang tampak secara lahir tetapi juga batin, seperti ramah, amanah, jujur, dan tindakan terpuji lainnya. Dalam penyediaan fasilitas perlu dibedakan berdasarkan jenis kelamin, seperti fasilitas kolam renang, fasilitas spa, fasilitas kamar, kecuali mahram dan memiliki surat keterangan telah menikah.

c. Restoran: infrastruktur kebutuhan konsumsi 

Setiap usaha restoran memiliki sumber daya manusia, tempat dan objek yang dijual seperti jasa, makanan dan minuman. Dalam aspek fikih etika pelayan harus berpakaian sopan dan sesuai syariat, menjaga aurat, tersedianya fasilitas ibadah yang memadai, adanya daftar harga tiap produk yang dijual, adanya label halal pada tiap makanan yang disajikan dan lain sebagainya. Infrastruktur kebutuhan konsumsi bukan hanya terbatas pada penyediaan restoran saja, namun juga meliputi penyediaan toko maupun gerai penjualan oleh-oleh yang biasanya menjadi tujuan wisatawan untuk mendapatkan buah tangan.

d. Travel: infrastruktur biro perjalanan dan transportasi 

Biro perjalanan harus memberikan pelayanan sesuai dengan etika Islam. Memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk berhenti di titik tertentu untuk istirahat, makan dan melaksanakan ibadah shalat. Rumah makan yang digunakan untuk aktivitas tersebut juga harus memiliki standar restoran atau rumah makan halal sebagai sarana pendukung perjalanan wisata halal. Hal tersebut adalah salah satu cara untuk memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan sebagai salah satu bentuk pelayanan execellent dari sebuah usaha transportasi agar tercipta kesan perusahaan yang digunakan mengedepankan etika Islam.

e. Sumber daya manusia (human resourch) 

Manusia menjadi daya dukung kegiatan pariwisata yang sangat krusial, baik kemampuannya sebagai pengusaha, pemangku kebijakan, pemandu wisata (pramuwisata), kaum intelektual, dan masyarakat luas. Semua unsur sumber daya manusia (SDM) memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Unsur yang tidak kalah penting untuk disoroti adalah seorang pemandu wisata atau pramuwisata dalam perannya mensukseskan pembangunan pariwisata halal. Bagaimana cara berpakaian, menentukan tarif jasa ketika memandu, harus transparan untuk menciptakan kenyamanan antara pramuwisata dan wisatawan.

Pramuwisata harus memahami dan menjalankan nilai-nilai syariah dalam melaksanakan tugasnya, diantaranya adalah bersikap profesional, paham dan dapat melaksanakan fikih pariwisata, berperilaku sesuai etika Islam, mampu berkomunikasi dengan baik, ramah, jujur, menarik, dan bertanggungjawab. Dengan demikian, Sumber daya manusia yang berkecimpung di industri pariwisata halal harus paham akan kebutuhan dasar wisatawan muslim. Sebagai wujud komitmen pengembangan di bidang industri halal tourism.

Daftar Pustaka

  • Priyadi, Unggul. 2016. Pariwisata Syariah: Prospek dan Perkembangan . Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
  • El-Gohary, H. 2016. Halal Tourism, Is It Really Halal? . Tourism Management Perspectives.
  • Bawazir, Tohir. 2013. Panduan Praktis Wisata Syariah . Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
  • Yusanto, M.I., dan Widjajakusuma, M.K. 2002. Menggagas Bisnis Islam . Jakarta: Gema Insani Press.
  • Djakfar, Muhammad. 2017. Pariwisata Halal Perspektif Multidimensi: Peta Jalan Menuju Pengembangan Akademik dan Industri Halal di Indonesia . Malang: UIN Maliki Press.

go-explore

Panduan Pariwisata Ramah Muslim di 5 Destinasi Favorit

Rekomendasi untuk anda.

Card image cap

Rangkaian Event Seputar Hari Pariwisata Dunia 2022

Tampilkan Lebih Banyak

Card image cap

Ide Liburan Asik di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Berikut!

Card image cap

Harta Karun Tersembunyi di Kabupaten Lumajang, Desa Pronojiwo

Card image cap

6 Hal Unik di Labuan Bajo

Card image cap

Inspirasi wisata seru di Desa Wisata Pulau Penyengat, Kepulauan Riau

muslim friendly tourism adalah

Kunjungi situs lainnya

Situs ini merupakan situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Semua isi yang tercantum di dalam situs ini bertujuan untuk memberikan informasi dan bukan sebagai tujuan komersial. Penjualan yang ditampilkan merupakan tanda kemitraan yang akan menghubungkan Anda kepada Mitra Kami.

TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below. Just click on the icons to get to the download page.

  • Destinations
  • Jakpost Guide to
  • Newsletter New
  • Mobile Apps
  • Tenggara Strategics
  • B/NDL Studios

TJP Logo

  • Archipelago
  • Election 2024
  • Regulations
  • Asia & Pacific
  • Middle East & Africa
  • Entertainment
  • Arts & Culture
  • Environment
  • Work it Right
  • Quick Dispatch
  • Longform Biz

Understanding Muslim-friendly tourism

Muslim-friendly hospitality services such as airlines, hotels and food services are among fast developing tourism products. 

Share This Article

Change size.

Understanding Muslim-friendly tourism

ccording to  Global Islamic Economy Indicator Report 2020 , the spending of Muslims on travel increased by 2.7 percent in 2019 from $189 billion to $194 billion. Saudi Arabia, the United Arab Emirates and Qatar ranked as the top three countries by spending. However, due to the devastating impact of the COVID-19 crisis, Muslim consumer spending on travel is expected to fall by 70 percent to $58 billion in 2020.

The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) estimated that the industry lost a total of $320 billion in just five months — between January and May 2020. The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) has forecast $2.2 trillion in losses for the industry in 2020.

While the entire world is expecting COVID-19 vaccines as the powerful solution, many countries have started strategic preparations for their tourist industry to recover, Muslim-friendly tourism included.

In general, Muslim0friendly tourism is not different from halal tourism, Islamic tourism or sharia tourism. However, in some countries, tourism players prefer the term “Muslim-friendly” instead of the rest.

Muslim-friendly tourism is defined as a type of tourism that adheres to the values of Islam. In Muslim-friendly hospitality, it is suggested that all product development and marketing efforts are designed for and directed at Muslims. Muslim-friendly hospitality services such as airlines, hotels and food services are the new fast developing tourism products in the Muslim-friendly tourist industry.

If Indonesia is also interested in developing Muslim-friendly tourism, among the compulsory requirements to fulfil is developing the national framework.  This is because that in reality, there have been many consumer complaints related to hospitality services. These includes misleading advertisements, fraud holiday packages, unfair contract terms, non-disclosure of information, low quality and inefficient services etc.

It is thus very important to examine these issues from consumer perspectives to ensure that Muslim-friendly hospitality services are consumer-friendly services and free from such problems. In doing so it is necessary to ensure consumers are adequately protected by legal and administrative regulations.

In 2012, my team and I studied the Muslim-friendly tourism framework in Malaysia. It was found that in order to ensure sustainability of Muslim-friendly tourism, several issues needed to be addressed: The need for legal and administrative framework related to Muslim-friendly hospitality services generally. The efficacy of management and administration of laws related to hospitality services. Legal protections with regard to the involvement of tourist industries in Muslim-friendly tourism and hospitality to ensure their sustainability and the ability to compete with multinational companies. 

We believe that tourism continues to assume a key role in the Indonesian economy to propel the country into a high-income nation by the year 2045. In Asia Pacific, Indonesia was ranked as the 10th most-visited nation in the World Tourism Organization (UNWTO)’s Tourism Highlights 2019 Edition with 15.5 million international tourist arrivals in 2019. Muslim travelers made up around 20 percent of the total inbound tourists to Indonesia every year. In 2018, the country drew around 3 million Muslim travelers, contributing US$3.9 billion to the economy.

Muslim-friendly hospitality and tourism services is a high-yield segment that has the potential to develop and contribute toward Indonesia’s growth.

The availability of halal food, existence of mosques and  musholla  (prayer room) in public places, tax-free shopping zones and a Muslim-friendly atmosphere is not enough to sustain the growth and development of Muslim-friendly hospitality services in Indonesia. In the long run it has to be a highly regulated industry that is able to set a global standard.

Although it is almost impossible to have a fool-proof system, a set of laws, regulations and administrative mechanisms need to be developed to ensure its growth and sustainability. For example, a proper definition and terminology that surrounds the industry is very much needed to avoid misconceptions and misunderstandings among consumers.      

To further support the industry and to avoid consumer fraud it is highly perceived that facilities and services commonly associated with the industry, such as dedicated zones for entertainment and wellness, must be properly registered and regulated. 

It should be a requirement that a special training program be designed for e-Muslim tourist guides. Similarly, every health and wellness spa claiming to be Muslim-friendly should be legally registered and certified by the relevant authority.

The writer is a professor at the International Institute for Halal Research and Training (INHART), International Islamic University Malaysia.

Silent seas: The electric innovation transforming fishing

Silent seas: The electric innovation transforming fishing

Microsoft outage raises questions about tech dependency

Microsoft outage raises questions about tech dependency

Birth of ‘Zombie Village’ in Jakarta due to recurring floods

Birth of ‘Zombie Village’ in Jakarta due to recurring floods

Related articles, five survive helicopter crash in bali, govt increases vigilance following spike in covid-19 cases in singapore, govt works to reduce haj pilgrim deaths, australia brush aside indonesia 4-0 to reach asian cup quarters, rocky road awaits as indonesia makes history in asian cup, related article, more in academia.

Carbon era: President Joko “Jokowi” WIdodo, chairman of the Financial Services Authority (OJK) Mahendra Siregar and several cabinet ministers attend the launch of the Indonesian Carbon Exchange on Sept. 26, 2023, at the Indonesia Stock Exchange (IDX) building in Jakarta.

Green is the new gold: Unlocking Indonesia's prosperity through climate finance

Indonesian Solidarity Party (PSI) chair Kaesang Pangarep (center right), accompanied by Prosperity Justice Party (PKS) chair Ahmad Syaikhu (center left), wades through a crowd of reporters on July 8, 2024 as he arrives at the PKS headquarters in Jakarta.

Nepotism undermines Indonesia electoral democracy

A man walks past a banner displayed on a fence of the Energy and Mineral Resources Ministry in Central Jakarta on April 26, 2010, during a Greenpeace demonstration to protest the government’s nuclear power ambitions in conjunction with the 24th anniversary of the1986 Chernobyl disaster in Ukraine, the Soviet Union.

Indonesia's cultural dynamics and the future of nuclear power

A resident is on the riverside next to his house that was damaged due to frequent flooding in the Cililitan area, East Jakarta, Jakarta, on Thursday, June 6, 2024. According to residents who are still surviving, dozens of house buildings in the village have been damaged due to frequent flooding from overflowing rivers so that they are abandoned by their owners.

Champion's mentality

A man walks past an electronic board showing the movement of the Indonesian Composite index (IHSG) at the Indonesia Stock Exchange in Jakarta, Thursday, Sept. 10, 2020. JP/Seto Wardhana

Market indifferent about cabinet changes as global factors dominate

Power transition poses impromptu challenge to ‘blusukan’, ri calls for end to ‘illegal’ israeli occupation of palestine, byd, other carmakers to follow through on local factory plans: govt, regional administrations criticized for ‘embedded sexism’, economy booms but india's young hanker for government jobs, ministry to review service life limits for public buses, indonesia hails icj ruling against israeli occupation, trump mocks democrats in campaign rally, compares pelosi to a dog.

The Jakarta Post

  • Jakpost Guide To
  • Art & Culture
  • Today's Paper
  • Southeast Asia
  • Cyber Media Guidelines
  • Paper Subscription
  • Privacy Policy
  • Discussion Guideline
  • Term of Use

© 2016 - 2024 PT. Bina Media Tenggara

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

BEREPUTASI BAIK

Selamat datang di konsorsium muslim travel.id .

muslimtravel.id

  • Jadwal Umrah
  • Jadwal Halal Tour
  • Jadwal Haji
  • Produk Lain
  • Tiket Pesawat
  • Pemesanan Tiket Pesawat
  • Pemesanan Hotel
  • Land Arrangement
  • Badal Umrah
  • Galeri Partner
  • Hubungi Kami

Muslim Friendly dan Halal Tour, Apa Perbedaannya?

Muslimtravel.id - Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyaknya wisatawan muslim yang mencari pengalaman liburan sesuai dengan prinsip - prinsip agama mereka. Dalam mengakomodasi kebutuhan tersebut, konsep “ Muslim Friendly ” dan “ Halal Tour ” muncul sebagai pilihan yang relevan bagi para pelancong muslim. Meskipun seringkali digunakan secara bergantian, sebenarnya terdapat perbedaan penting antara kedua konsep ini. Berikut perbedaan antara “ Muslim Friendly ” dan “ Halal Tour ”.

Muslim Friendly , istilah ini merujuk pada fasilitas dan layanan yang dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan dan preferensi wisatawan muslim namun belum mengikuti sepenuhnya pedoman halal dalam kaidah agama islam. Aspek-aspek yang mencakup hal ini seperti makanan, akomodasi, fasilitas ibadah, dan kegiatan yang sensitif terhadap keyakinan agama islam. 

Dilansir dari Muslim Travel Girl , negara yang terdapat destinasi Muslim Friendly adalah negara yang sedia menyambut wisatawan muslim dari berbagai negara dengan menghadirkan lingkungan dan fasilitas penunjang bagi wisatawan muslim.

Faktor utama dalam konsep Muslim Friendly adalah kesadaran terhadap prinsip-prinsip islam, namun terdapat fleksibilitas dalam beberapa hal. Sebagai contoh tempat makan atau Restoran yang menyajikan makanan halal tetapi juga terdapat sajian kebutuhan seperti alkohol bisa dikatakan “ Muslim Friendly ”, selain itu terdapat kasus dimana makanan halal dan non halal itu dalam proses pengolahan serta penyajiannya tidak dibedakan. Kasus lainnya pemilik Restoran tidak memastikan benar-benar bahwa daging yang disembelih sesuai dengan syari’at Islam (menyebut lafadz Allah).

Sementara istilah Halal Tour tertuju pada pemenuhan standar halal dalam semua aspek perjalanan, kebutuhan makanan dan minuman yang berlabel halal sesuai dengan syari’at islam serta bebas dari unsur-unsur yang diharamkan, sebagaimana dalam kitab At Targhib wat Tarhib mengutip Hadits yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan untuk membaca “Basmalah”, dan beliau bersabda, “Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah.” (Kasyful Ghummah, halaman 194, jilid 1). Selain itu, akomodasi dan lingkungan yang mendukung juga diperhatikan dalam hal penunjang ibadah seperti masjid di sekitar tempat wisata. 

Aspek Halal Tour mencakup tempat dan kondisi yang didukung dengan fasilitas untuk beribadah, tempat penginapan atau hotel yang menerapkan nilai-nilai syariah, kemudahan dalam bertransaksi keuangan secara syariah, serta penyediaan makanan dan minuman yang terjamin halal. Ada baiknya, wisatawan muslim perlu memahami makna halal dalam penerapannya sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri yang dimana terdapat beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan syari’at islam dan sudah semestinya sebagai muslim yang baik kita perlu mentaati ajaran tersebut dimana pun kita berada .

( berbagai sumber )

Tingkatkan Petualangan Anda dengan Liburan berkonsep Muslim Friendly dan Halal!

Buruan!!! Cek Paket nya Di Sini!  

muslim friendly tourism adalah

  • Paket Umrah
  • Paket Wisata
  • Paket Katering
  • Paket Perlengkapan
  • Tentang Kami
  • Testimonial
  • Login / Registrasi

Kompas.com

  • Mode Terang
  • Gabung Kompas.com+
  • Konten yang disimpan
  • Konten yang disukai
  • Berikan Masukanmu

www.kompas.com

  • Megapolitan
  • Surat Pembaca
  • Kilas Daerah
  • Kilas Korporasi
  • Kilas Kementerian
  • Sorot Politik
  • Kilas Badan Negara
  • Kelana Indonesia
  • Kalbe Health Corner
  • Kilas Parlemen
  • Konsultasi Hukum
  • Infrastructure
  • Apps & OS
  • Tech Innovation
  • Kilas Internet
  • Elektrifikasi
  • Timnas Indonesia
  • Liga Indonesia
  • Liga Italia
  • Liga Champions
  • Liga Inggris
  • Liga Spanyol
  • Internasional
  • Relationship
  • Beauty & Grooming
  • Sadar Stunting
  • Smartpreneur
  • Kilas Badan
  • Kilas Transportasi
  • Kilas Fintech
  • Kilas Perbankan
  • Tanya Pajak
  • Kilas Investasi
  • Sorot Properti
  • Tips Kuliner
  • Tempat Makan
  • Panduan Kuliner Yogyakarta
  • Beranda UMKM
  • Jagoan Lokal
  • Perguruan Tinggi
  • Pendidikan Khusus
  • Kilas Pendidikan
  • Jalan Jalan
  • Travel Tips
  • Hotel Story
  • Travel Update
  • Nawa Cahaya
  • Ohayo Jepang
  • Kehidupan sehat dan sejahtera
  • Air bersih dan sanitasi layak
  • Pendidikan Berkualitas
  • Energi Bersih dan Terjangkau
  • Penanganan Perubahan Iklim
  • Ekosistem Lautan
  • Ekosistem Daratan
  • Tanpa Kemiskinan
  • Tanpa Kelaparan
  • Kesetaraan Gender
  • Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan ekonomi
  • Industri, Inovasi & Infrastruktur
  • Berkurangnya Kesenjangan
  • Kota & Pemukiman yang Berkelanjutan
  • Konsumsi & Produksi yang bertanggungjawab

Cantikpreneurship

Kemenparekraf: Ekonomi Syariah Kunci Pendukung Halal Tourism di Indonesia

Kompas.com travel travel update, aningtias jatmika,, sri noviyanti.

Tim Redaksi

Aningtias Jatmika

Penulis sri noviyanti.

Untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, dibutuhkan ekosistem yang kuat. Hal ini dapat terwujud bila seluruh elemen pendukung, termasuk parekraf, terintegrasi dengan baik.

Ilustrasi wisatawan muslim

Pasalnya, pengembangan ekonomi syariah bukan hanya berfokus pada sektor perbankan. Ekonomi syariah juga berkaitan erat dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti makanan halal, fesyen muslim, pertanian, dan tentunya wisata halal ( halal tourism ) yang muslim friendly .

Kemenparekraf menilai, ekonomi syariah dan pembangunan wisata muslim friendly memiliki hubungan timbal balik.

(Baca juga:  7 Destinasi Wisata Unggulan di Bulukumba yang Wajib Dikunjungi )

Jika wisata muslim friendly berhasil dikembangkan, kualitas ekonomi syariah di Indonesia juga akan semakin baik. Sebaliknya, ekonomi syariah yang berkembang pesat akan berdampak baik bagi pembangunan wisata muslim friendly di Indonesia.

Untuk diketahui, muslim friendly adalah konsep atau desain pelayanan yang mengacu pada nilai-nilai Islam. Dalam sektor ekraf, penerapan konsep ini berpotensi mendatangkan keuntungan besar. Pasalnya, produk-produk muslim friendly memiliki pangsa pasar yang besar, baik di Indonesia maupun dunia.

Dalam bentuk fesyen, misalnya, penerapan muslim friendly akan menghasilkan model-model busana fesyen muslim. Brand fesyen muslim buatan Indonesia pun telah diakui dunia dan dilirik masyarakat muslim dari berbagai negara.

Jika sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bisa terintegrasi dengan konsep muslim friendly , peluang berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia sangat besar.

Tag Pariwisata ekonomi kreatif Halal Tourism ekonomi syariah muslim friendly

#

Tren Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi Berubah, Apa Upaya Parekraf?

muslim friendly tourism adalah

Sambut Pariwisata Era Baru, Menparekraf Minta Pelaku Wisata Beradaptasi

muslim friendly tourism adalah

Gaet Wisatawan, Digital Tourism Jadi Kunci Penting Dongkrak Sektor Pariwisata

muslim friendly tourism adalah

Tujuh Desa Wisata Ini Mengusung Konsep Sustainable Tourism

muslim friendly tourism adalah

Tawangmangu Jadi Destinasi Wisata Kesehatan di Indonesia

muslim friendly tourism adalah

Masih Tren, Ini 6 Museum di Indonesia yang Bisa Dikunjungi secara Virtual

muslim friendly tourism adalah

TTS Eps 137: Yuk Lebaran

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 136: Takjil Khas di Indonesia

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

TTS Eps 135: Serba Serbi Ramadhan

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

Games Permainan Kata Bahasa Indonesia

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS - Serba serbi Demokrasi

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS Eps 130 - Tebak-tebakan Garing

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

TTS - Musik Yang Paling Mengguncang

3 Cara Bangun Pariwisata Indonesia Berkelanjutan Menurut Pakar dari UGM

Terkini Lainnya

Laut Mediterania Tercemar Mikroplastik, Liburan ke Sana Bisa Malah Tidak Sehat

Laut Mediterania Tercemar Mikroplastik, Liburan ke Sana Bisa Malah Tidak Sehat

Awas Bahaya, Pengunjung Pantai Selatan DIY Jangan Bermain di Area Berbendera Merah

Awas Bahaya, Pengunjung Pantai Selatan DIY Jangan Bermain di Area Berbendera Merah

Desa Wisata Krebet di Bantul Masuk 50 Besar ADWI 2024, Punya Batik Kayu hingga Wisata Alam

Desa Wisata Krebet di Bantul Masuk 50 Besar ADWI 2024, Punya Batik Kayu hingga Wisata Alam

Motor Matik Dilarang ke Basecamp Gunung Buthak via Kota Batu, Harus Naik Ojek dari Parkiran

Motor Matik Dilarang ke Basecamp Gunung Buthak via Kota Batu, Harus Naik Ojek dari Parkiran

Pendaki Gunung Buthak Bisa Naik Ojek sampai Pos 3, Segini Tarifnya

Pendaki Gunung Buthak Bisa Naik Ojek sampai Pos 3, Segini Tarifnya

10 Kewajiban Pendaki Gunung Buthak, Pahami Sebelum Mendaki

10 Kewajiban Pendaki Gunung Buthak, Pahami Sebelum Mendaki

14 Larangan pada Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Perempuan Haid Dilarang Naik

14 Larangan pada Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Perempuan Haid Dilarang Naik

Lokasi Sumber Air di Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Tak Perlu Khawatir Haus

Lokasi Sumber Air di Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Tak Perlu Khawatir Haus

Pekan Food dan Travel Thailand Digelar di Summarecon Mall Serpong, Ada Banyak Promo

Pekan Food dan Travel Thailand Digelar di Summarecon Mall Serpong, Ada Banyak Promo

Aturan Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Perempuan Haid Dilarang Naik

Aturan Pendakian Gunung Buthak via Kota Batu, Perempuan Haid Dilarang Naik

Gratis dan Diskon Tiket Sejumlah Wisata di China bagi Pelajar yang Hafal Puisi

Gratis dan Diskon Tiket Sejumlah Wisata di China bagi Pelajar yang Hafal Puisi

Penutupan Reguler TN Komodo Bisa Tingkatkan Kunjungan di Labuan Bajo

Penutupan Reguler TN Komodo Bisa Tingkatkan Kunjungan di Labuan Bajo

Desa Wisata Jatimulyo di Kulon Progo Masuk 50 Besar ADWI, Ini Keunggulannya

Desa Wisata Jatimulyo di Kulon Progo Masuk 50 Besar ADWI, Ini Keunggulannya

Mengenang Pendakian Gunung Semeru Saat Masih Buka, Perjalanan 3-4 Hari

Mengenang Pendakian Gunung Semeru Saat Masih Buka, Perjalanan 3-4 Hari

Status Gunung Semeru Turun, Pendakian Tidak Buru-buru Dibuka

Status Gunung Semeru Turun, Pendakian Tidak Buru-buru Dibuka

Harga tiket masuk di kampung main cipulir, camping seru di kampung main cipulir, cocok untuk rombongan, now trending.

Menanti Kejutan Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Menanti Kejutan Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Kesaksian Penumpang Helikopter Jatuh di Bali, Sebut Pilot 'Amazing'

Kesaksian Penumpang Helikopter Jatuh di Bali, Sebut Pilot "Amazing"

Kaesang: PSI dan PKS Ingin Bangun Kekuatan Baru di Solo

Kaesang: PSI dan PKS Ingin Bangun Kekuatan Baru di Solo

Trump Serang Biden Habis-habisan dalam Kampanye Pasca-penembakan

Trump Serang Biden Habis-habisan dalam Kampanye Pasca-penembakan

Link Live Streaming Lavani Vs Bhayangkara di Final Proliga 2024, Mulai 19.30 WIB

Link Live Streaming Lavani Vs Bhayangkara di Final Proliga 2024, Mulai 19.30 WIB

Kronologi Toyota Rush Tertabrak Kereta Api di Deli Serdang, Ayah dan 5 Anaknya Tewas

Kronologi Toyota Rush Tertabrak Kereta Api di Deli Serdang, Ayah dan 5 Anaknya Tewas

Alami Kecelakaan Tunggal, Mahasiswa di Kota Malang Meninggal Dunia

Alami Kecelakaan Tunggal, Mahasiswa di Kota Malang Meninggal Dunia

Klaim Erick Thohir: Whoosh Bikin Penghematan BBM Rp 3,2 Triliun

Klaim Erick Thohir: Whoosh Bikin Penghematan BBM Rp 3,2 Triliun

Mungkin anda melewatkan ini.

Punya Pantai Indah, Desa Wisata Ngilngof Cocok untuk Sport Tourism

Punya Pantai Indah, Desa Wisata Ngilngof Cocok untuk Sport Tourism

Tak Melulu Pantai, Bali Juga Punya Wisata Otomotif

Tak Melulu Pantai, Bali Juga Punya Wisata Otomotif

Janji Sandiaga di Desa Wisata Ngilngof Maluku: Perbaikan Jaringan Internet

Janji Sandiaga di Desa Wisata Ngilngof Maluku: Perbaikan Jaringan Internet

14 Tempat Wisata Sleman yang Buka, Ada Tebing Breksi dan Studio Gamplong

14 Tempat Wisata Sleman yang Buka, Ada Tebing Breksi dan Studio Gamplong

Wisata ke Rawa Pening, Bersih dari Encek Gondok dan Ada Pentas Tari

Wisata ke Rawa Pening, Bersih dari Encek Gondok dan Ada Pentas Tari

www.kompas.com

  • Entertainment
  • Pesona Indonesia
  • Artikel Terpopuler
  • Artikel Terkini
  • Topik Pilihan
  • Artikel Headline
  • Harian KOMPAS
  • Pasangiklan.com
  • GridOto.com
  • BolaSport.com
  • Gramedia.com
  • Gramedia Digital
  • Kabar Palmerah
  • Ketentuan Penggunaan
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

logo

  • Disabilitas

News

  • Megapolitan
  • Liputan Khusus
  • Zona MPR RI

Penjelasan Terkait Wisata Halal Muslim atau Muslim_Friendly Tourism

Wonderful Indonesia memborong 12 awards sekaligus dari 16 kategori yang dikompetisikan melalui World Halal Tourism Award 2016.

stella maris

pada 05 Sep 2019, 11:23 WIB Diperbarui 05 Sep 2019, 11:23 WIB

Kemenpar

Liputan6.com, Jakarta Pada 2015 informasi mengenai Wisata Halal atau Muslim_Friendly Tourism mulai menggema. Sejak saat itu, Kemenpar membentuk Tim Percepatan Wisata Halal, dan mengembangkan tiga destinasi utamanya, yakni Aceh, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pengembangan Wisata Halal pertama kali terjadi di Lombok, NTB. Namun saat itu, tokoh-tokoh spiritual daerah tersebut tak setuju, jika NTB dijadikan destinasi wisata kelas dunia.

Sementara dari kaca mata Kemenpar, Lombok itu indah, cantik, penuh pesona, baik alam (nature) maupun budayanya (culture). Perdebatan panjang itu berakhir, ketika Menpar Arief Yahya meyakinkan kepada para pemuka agama dan tokoh-tokoh NTB tersebut dalam sebuah forum.

Advertisement

"Yang membuat kekufuran itu adalah kefakiran, bukan pariwisata. Justru pariwisata lah yang akan mensejahterakan dan menyelesaikan masalah kefakiran!" kata Arief. 

Sejak itu, Lombok dipromosikan besar-besaran, dan sukses di forum The World Halal Tourism Awards 2015. NTB mengantongi dua penghargaan sekaligus yakni World's Best Halal Tourism Destination (Lombok) dan World's Best Halal Honeymoon Destination (Lombok).

Lombok semakin pede, punya kepercayaan diri yang kuat sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Pemenang lain adalah World's Best Family Friendly Hotel (Sofyan Hotel) Jakarta.

Pengumuman pemenang The World Halal Travel Awards 2015 itu diumumkan di The Emirates Palace Ballroom, Abu Dhabi, pada 20 Oktober 2015 bersamaan dengan acara World Halal Travel Summit 2015.

Tahun berikutnya pada 2016, Menpar Arief Yahya semakin kencang. Sumatera Barat dan Aceh juga didorong untuk ikut berkompetisi di Wisata Halal ini, selain NTB.

Saat itulah booming Wisata Halal terjadi, ketika Wonderful Indonesia memborong 12 awards sekaligus dari 16 kategori yang dikompetisikan melalui World Halal Tourism Award 2016.

Acara awarding dilangsungkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 24 Oktober sd 25 November 2016. Lalu diumumkan melalui website resmi http://itwabudhabi.com/halal-awards/2016-winners.html pukul 21.30 WIB, Rabu 7 Desember 2016.

Mengapa yang dipilih tiga provinsi itu? Aceh, Sumbar dan NTB? Karena sebagai destinasi, ketiganya memiliki budaya dan alam yang kuat, dan 95 persen  inbound travelers itu karena dua faktor itu.

Indonesia sukses bersaing dengan 116 negara, dan 1,8 juta voters. Dari tahun ke tahun, legenda juaranya selalu Malaysia dan Turki, sejak 2016 itu Indonesia yang merajai.

Begitu serius, dan dipromosikan Kemenpar melalui semua channel medianya, tahun 2016 menobatkan Indonesia sebagai juara umum. Diantaranya

  • World’s Best Airline for Halal Travellers-Garuda Indonesia
  • World’s Best Airport for Halal Travellers-Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh Indonesia
  • World’s Best Family Friendly Hotel-The Rhadana Hotel, Kuta, Bali, Indonesia
  • World’s Most Luxurious Family Friendly Hotel-Trans Luxury Hotel Bandung, Indonesia
  • World’s Best Halal Beach Resort-Novotel Lombok Resort & Villas, Lombok, NTB
  • World’s Best Halal Tour Operator-Ero Tour, West Sumatera, Indonesia
  • World’s Best Halal Tourism Website www.wonderfullomboksumbawa.com, Indonesia
  • World’s Best Halal Honeymoon Destination-Sembalun Village Region, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
  • World’s Best Hajj & Umrah Operator-ESQ Tours & Travel, Jakarta, Indonesia
  • World’s Best Halal Destination-West Sumatera, Indonesia
  • World’s Best Halal Culinary Destination-West Sumatera, Indonesia
  • World’s Best Halal Cultural Destination-Aceh Indonesia

Awards itu adalah branding, dalam strategi promosi Kemenpar. Penghargaan itu berarti sudah di Calibration menggunakan global standart, lalu secara internal menaikkan Confidence, secara eksternal memperkuat Credibility. Menpar Arief Yahya sering menyebutnya dengan istilah 3C. Dampaknya tahun 2015, ada 2 juta wisman ke NTB, 2016 naik menjadi 2,4 juta wisman, tahun 2017 naik lagi menjadi 2,7 juta.

Di Wisata Halal Dunia, ada pemeringkatnya. Yakni Global Muslem Travel Index (GMTI) yang dilakukan oleh Mastercard-CrescentRating. April 2019, diumumkan bahwa Indonesia juara kembar bersama Malaysia. Sebelumnya, pada 2018, Indonesia no.2, dan dua tahun lalu Indonesia nomor 3. Grafik daya saing versi GMTI, Indonesia terus menanjak hingga di puncak.

Rahasia Wonderful Indonesia bisa terus menanjak dalam indeks daya saing itu, karena Kemenpar juga memeringkat kota-kota di Indonesia, dengan menggunakan standart global yang dipakai GMTI, sejak 2016.

Namanya IMTI, Indonesia Muslim Travel Index, yang 8 April 2019 lalu sudah mengumumkan hasilnya. Ada 4 point utama yang dinilai, diranking, sebagai destinasi Muslim Friendly itu antara lain: Access, Communication, Environment dan Services.

Indeks ini digunakan untuk mengukur dan memeringkat destinasi di kota-kota di Indonesia yang ramah pada wisatawan muslim. Baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. Sekaligus untuk melihat persiapan destinasi Indonesia yang harus siap bersaing dengan negara-negara lain yang juga mengembangkan hal yang sama. Karena untuk menjadi global player, harus selalu menggunakan global standart.

Maka, muncul beberapa kota yang dinilai indeks daya saing Pariwisata Ramah Muslim-nya, antara lain, Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Kepri, Malang Raya, Jawa Tengah dan Makassar. Beberapa daerah yang sempat berpolemik hebat itu, sama sekali tidak tersentuh oleh Wisata Halal atau Muslim Friendly, seperti Sumatera Utara, Labuan Bajo NTT, Banyuwangi Jatim, Bali dan Toraja Sulsel.

Seberapa penting Pariwisata Ramah Muslim itu, bagi Indonesia? Sebenarnya, telah menjadi tren global yang cukup menjanjikan saat ini dan masa depan. Sejak tahun 2000 hingga 2020, GMTI menghitung jumlah wisatawan muslim dunia terus tumbuh 27 persen per tahun, dan diprediksikan akan mencapai 158 juta dengan total belanja 3.080 Triliun. Angka pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan wisatawan dunia yang hanya 6,4 persen per tahun menurut catatan WTTC (2018).

Pesatnya pertumbuhan Rariwisata Raman Muslim ini juga dirasakan oleh Indonesia. Pertumbuhan pasar pariwisata ramah muslem di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 18 persen.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara muslim mencapai 2,8 juta dengan raihan devisa lebih dari 40 Triliun. Bahkan, tahun 2019, Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisman muslim sebanyak 5 juta dan menjadi ranking satu destinasi pariwisata global versi GMTI (Global Muslim Travel Index).

Lalu mengapa sering mencuat menjadi polemik? Pertama, mungkin hanya soal istilah, kata-kata “halal” dalam “wisata halal.” Meskipun Menpar Arief Yahya sejak 2015 sudah menurunkan tensi dari awalnya menggunakan istilah “Wisata Syariah”, menjadi “Wisata Halal”, lalu dihaluskan lagi menjadi “Muslim Friendly Tourism.” Bahkan, ketika masih disingkat lagi “Friendly Tourism” atau “Family Tourism.”

“Kali ini, kita akan populerkan dengan sebutan: Pariwisata Ramah Muslim-PRM. Tujuannya, agar tidak selalu menjadi tema polemik, yang hanya berkutat di kulit luarnya saja,” kata Anang Sutono, Ketua Tim Percepatan Wisata Ramah Muslim, yang selama ini dikenal dengan Wisata Halal itu. Dia sudah membahas bersama tim, untuk penyebutan yang lebih sejuk, dan tidak memancing polemic.

Kedua, Pariwisata Ramah Muslim ini tidak ada kaitannya dengan agama atau kepercayaan. Ini lebih ke gaya hidup, atau lifestyle, sama dengan makanan sehat. Mirip juga dengan vegetarian, yang lebih sebagai gaya hidup.

Ketiga, dalam PRM ini, intinya hanya ada 2 hal, yakni soal makanan atau kuliner yang halal, dan penyediaan fasilitas ibadah, seperti masjid, mushala, arah kiblat, tempat wudhu, dan lainnya. Maka setiap destinasi yang membranding dirinya dengan Destinasi Ramah Muslim, dia harus ada restoran halal dan tempat ibadah dan petunjuknnya itu.

Keempat, pariwisata itu adalah industri jasa atau services. Ramah Muslim itu adalah branding dalam strategi promosi untuk destinasi tertentu, yang secara budaya dan alamnya kuat. Sebagai gimmick dalam marketing, tujuan utamanya adalah mendatangkan customers atau wisman dan wisnus. Gol utamanya adalah menghadirkan wisatawan, menambah market share baru, menambah fitur baru, mengoptimalkan opsi baru, atau extended product, yang memang ada pasarnya.

Kelima, secara faktual, hampir semua daerah dan destinsi di tanah air, sudah punya restoran halal dan fasilitas ibadah. Sudah ada, sudah lengkap. Bagi wisnus, sudah tahu kalau di mana saja di seluruh Indonesia yang penuh toleransi dan ber-Bhinneka Tunggal Ika ini pasti tidak akan kesulitan untuk menemukan makanan halal dan tempat ibadah.

Tetapi, customers atau travelers tidak semua tahu, tidak semua paham, tidak semua paham bahwa mayoritas penduduk Indonesia itu muslim. Maka perlu dibranding, perlu disampaikan ke publik, bahwa ada wisata Ramah Muslim. Sehingga sejak searching, sebelum booking dan payment, mereka sudah tahu titik-titiknya dengan baik. Bahkan, jika perlu di sertifikasi halal, dan itulah pentingnya sertifikasi.

Keenam, kalau dibalik, apakah setelah disertifikasi halal, maka travelers yang non muslim boleh masuk? Jawabannya boleh-boleh saja. Karena, sekali lagi ini adalah lifestyle, sama dengan gaya hidup sehat, gaya hidup diet, vegetarian, tidak makan daging, dan lainnya. Ini juga manajemen pemasaran yang biasa.

Anang Sutono menjelaskan, pariwisata itu industri yang berbasis pada hospitality, keramah tamahan. “Bukan pertentangan keras, bukan perdebatan sengit, perselisihan dan polemik yang tidak produktif. Rata-rata wisatawan itu memimpikan destinasi berlibur yang menghibur, menyenangkan, melepas kepenatan, menemukan suasana yang membuatnya fresh,” ungkap Anang yang juga Staf Ahli Menteri Pariwisata itu.

Guru Besar Universitas Udayana Bali, Prof Dr I Gde Pitana Brahmananda M.Si membernarkan soal pengembangan Pariwisata Ramah Muslim itu. “Sama seperti pengembangan wisata kuliner, vegetarian, dan sejenisnya. Atau, dikenal sebagai extended product. Jadi wajar bila dikembangkan. Wisata Ramah Muslim itu berorientasi ke pasar. Karena pasarnya ada, dan itu tidak bertentangan dengan etika, undang-undang, ataupun agama,” kata I Gde Pitana.

Menurut I Gde Pitana, hal pertama yang dicari wisatawan adalah destinasi. Dan mereka akan mencari destinasi terbaik seperti Bali atau Lombok. Di destinasi, para wisatawan akan mencari segala sesuatu sesuai kebutuhan mereka. “Ada wisatawan yang vegetarian, kita siapkan kuliner vegetarian. Ada wisatawan yang butuh babi guling kita siapkan. Ada yang butuh makanan halal sesuai dengan keyakinan mereka, ya kita siapkan makanan yang halal. Jadi, dia sejajar dengan produk produk lain,” jelas I Gde Pitana yang mantan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara itu.

Dia mencontohkan, Raja Salman Arab Saudi berkunjung ke Bali. Saat itu, Raja Salman bukan mencari pariwisata halal. Tapi, mencari Bali sebagai destinasi. Di Bali, Raja Salman membutuhkan hal-hal yang tidak bertentangan dengan keyakinannya. Seperti makanan yang halal, tempat ibadah, dan produk-produk halal lainnya. “Kehadiran Raja Salman, tidak menjadikan Bali sebagai Destinasi Pariwisata Halal. Bali memiliki extended product berupa pariwisata halal,” jelasnya.

Pariwisata Ramah Muslim dan yang lainnya, merupakan program atas permintaan pasar dan didasarkan potensi lokasi. Daerah seperti Bali tidak bisa dibranding dengan pariwisata halal atau syariah. “Saya juga menentang kalau Bali menjadi Destinasi Halal. Tetapi, sebagai tuan rumah yang baik, jika teman-teman muslim datang ke Bali kita akan siapkan amenitas seusai kebutuhan mereka,” ungkap I Gde Pitana yang juga Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Luar Negeri Kemenpar itu.

“Kalau ada wisatawan dari India, kita juga siapkan amenitas sesuai kebutuhan mereka. Seperti tidak memakan daging sapi, atau kita siapkan makanan vegetarian. Destinasi tidak boleh mengutamakan satu produk. Tapi, harus merangkul semua pasar. Pasar apa pun yang datang harus diterima dengan baik, dilayani dengan baik. Dengan catatan, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, kebudayaan, dan lainnya,” ungkap Pitana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jakarta adalah Ibu Kota Republik Indonesia.

Arief Yahya

Menpar arief yahya, wisata muslim, wisata halal, kementerian pariwisata, advertorial gov, raja organic, proliga 2024.

Jakarta LavAni Allo Bank Electric dan Jakarta STIN BIN sementara memuncaki klasemen sementara di sektor putra putaran pertama PLN Mobile Proliga 2024 yang telah menyelesaikan laga pada pekan pertama di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Minggu (28/4/2024). Kedua tim sama-sama mengoleksi 6 poin hasil dari sapu bersih dua kemenangan tanpa kehilangan satu set pun. Pada hari terakhir pekan pertama, Jakarta Lavani sukses mengalahkan Palembang Bank Sumsel Babel dengan skor 3-0 (26-24, 25-23, 25-19), sementara Jakarta STIN BIN membekuk Jakarta Pertamina Pertamax juga dengan skor 3-0 (25-21, 25-23, 25-20). (Dok. PBVSI)

Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?

Aksi para pemain Jakarta Bhayangkara Presisi dalam laga final Proliga 2024 yang digelar di Indonesia Arena, Jakarta, Minggu (21/7/2024) malam WIB. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Hasil Final PLN Mobile Proliga 2024: Buyarkan Ambisi Hattrick LavAni, Bhayangkara Rebut Gelar Juara

Pencapaian kali ini bagi Palembang Bank Sumsel Babel seakan membayar kegagalan mereka lolos ke final four tahun lalu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Hasil PLN Mobile Proliga 2024: Main Lepas dan Tersenyum, Kunci Palembang Bank SumselBabel Hancurkan Jakarta STIN BIN

Pevoli dari Palembang Bank Sumsel Babel melakukan smesh keras saat melawan Jakarta STIN BIN pada perebutan tempat ketiga Proliga 2024 di Indonesia Arena, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/7/2024). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Rebut Tempat Ketiga, Akhir Manis Palembang Bank Sumsel Babel di Proliga 2024

Selebrasi para pemain Palembang Bank Sumsel Babel, Kristoforus Sina (tengah) dkk setelah mencetak angka saat menghadapi Jakarta Pertamina Pertamax pada laga seri ketiga putaran pertama PLN Mobile Proliga 2024 di GOR PSCC, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (10/5/2024). Palembang Bank Sumsel Babel menang 3-1 (25-20, 25-23, 20-25 dan 25-19). (Dok. PBVSI)

Hasil PLN Mobile Proliga 2024: Cukur STIN BIN, PBS Rebut Peringkat 3

Pemain Jakarta Electric PLN menerima piala setelah menjadi runner up PLN Mobile Proliga 2024. (foto: istimewa)

Bertanding Ketat dan Sengit Lawan Jakarta BIN, Jakarta Electric PLN Boyong Runner Up PLN Mobile Proliga 2024

Till Wartenberg, Vice President Hyundai N & Motorsport bersama Hyundai Ioniq 5 N yang mulai dijual di GIIAS 2024. (Liputan6.com/Khizbulloh Huda)

Hot Hatch Hyundai Ioniq 5 N Dibanderol Rp 1,3 Miliar, Bakal Dirakit Lokal

JKIND Tawarkan Pelapis Cat Mobil Baru di GIIAS 2024 (ist)

Ada Pelapis Cat Mobil Baru di GIIAS 2024, Dibekali Fitur Self-Healing

Brand dashcam 70mai memperkenalkan produk baru di GIIAS 2024. (ist)

70mai Rilis Dashcam Terbaru di GIIAS 2024, Bisa Cek Mobil dari Jarak Jauh

Grup musik d'Masiv menjadi bintang tamu di booth Suzuki untuk menghibur pengunjung GIIAS 2024 di ICE, BSD City, Tangerang, Banten. (Liputan6.com / Septian Pamungkas)

d'Masiv Punya Hubungan Erat dengan Suzuki, Begini Kisahnya

Astra Daihatsu apresiasi pelanggan setia pelaku bisnis Fruitylicious yang menggunakan Gran Max selama 12 tahun. (Liputan6.com/Khizbulloh Huda)

Jadi Mobil Favorit Pelaku UMKM, Daihatsu Kasih Penawaran Menarik untuk Gran Max di GIIAS 2024

Luna Maya dan konsumen Omoda E5 ke 3.000 dihadirkan Chery ke GIIAS 2024. (Liputan6.com / Septian Pamungkas)

Mobil Listrik Omoda E5 Taklukan Hati Luna Maya

Timnas indonesia u-19.

Timnas Indonesia bersiap ikuti Piala AFF U-19 2024. (Dok PSSI)

Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-19 2024: Misi Timnas Indonesia Ulang Sukses 2013

Selebrasi pemain Timnas Indonesia U-19, Kadek Arel setelah mencetak gol ketiga timnya ke gawang Filipina U-19 pada laga Grup A Piala AFF U-19 2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (17/7/2024). (Dok. PSSI)

Top 3 Berita Bola: Lewat Aksi 2 Bek, Timnas Indonesia U-19 Benamkan Kamboja di Piala AFF U-19 2024

Starting XI Timnas Indonesia U-19 berfoto bersama jelang menghadapi Filipina U-19 pada laga Grup A Piala AFF U-19 2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (17/7/2024). (Dok. PSSI)

Hasil Piala AFF U-19 2024 Kamboja vs Indonesia: Duet Bek Tengah Tentukan Kemenangan Garuda Muda

Hasil piala aff u-19 2024 kamboja vs indonesia: garuda muda ditahan tanpa gol di babak pertama, link live streaming piala aff u-19 2024 kamboja vs indonesia, sebentar lagi tanding di vidio.

Selebrasi pemain Timnas Indonesia U-19, Kadek Arel (kiri) setelah mencetak gol ketiga timnya ke gawang Filipina U-19 pada laga Grup A Piala AFF U-19 2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (17/7/2024). (Dok. PSSI)

Link Live Streaming Piala AFF U-19 2024 Kamboja vs Indonesia, Sabtu 20 Juli Pukul 19.30 di SCTV dan Vidio

Jennifer coppen.

Dali Wassink. (Foto: Dok. Instagram @jennifercoppenreal20)

5 Kesaksian Jennifer Coppen tentang Dali Wassink Saat Hidup hingga Wafat: Aku Bersaksi Ya Allah, Suamiku Orang Baik

Unggahan Jennifer Coppen mengenai mendiang Dali Wassink. (Instagram/ jennifercoppenreal20 - @dali.wassink)

Jennifer Coppen Bikin Kalung dengan Liontin Berisi Abu Mendiang Dali Wassink: You Are A Part of Me

Jennifer coppen dirundung rindu, kangen kebiasaan mendiang dali wassink: semakin hari makin berat, tapi mencoba ikhlas.

Sehari sebelum rayakan ultah ke-23, Jennifer Coppen mengunjungi unggahan terakhir Dali Wassink di medsos dan minta suaminya bangun karena kangen. (Foto: Dok. Instagram @dali.wassink)

Permintaan Jennifer Coppen ke Dali Wassink Sehari Sebelum Ultah: Bangun Dong, Aku Pengin Peluk

Momen Sedih Kremasi Papa Dali, Kamari Ulurkan Tangan ke Peti dan Jennifer Coppen Pingsan. Foto: Tangkapan layar Instagram @jennifercoppenreal20.

Momen Sedih di Kremasi Papa Dali, Kamari Ulurkan Tangan ke Peti dan Jennifer Coppen Pingsan

Jennifer Coppen. (Foto: Dok. Instagram @jennifercoppenreal20)

Jennifer Coppen Rayakan Ultah ke-23 Dengan Peluk Guling dan Cium Bantal Dali Wassink, Nyesek Banget

Video terkini.

muslim friendly tourism adalah

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Siaran Pers: Kemenparekraf Siapkan Panduan Penyiapan Destinasi Wisata Ramah Muslim dan Layanan Wisata Halal

muslim friendly tourism adalah

SIARAN PERS 

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 

Kemenparekraf Siapkan Panduan Penyiapan Destinasi Wisata Ramah Muslim dan Layanan Wisata Halal

Bali, 20 Juni 2022 - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan Kemenparekraf/Baparekraf telah menyusun kebijakan terkait pariwisata halal yang menekankan pada tambahan layanan (extensional service) yang disediakan oleh pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif merespons besarnya potensi wisata halal (ramah muslim) di Indonesia. 

Menparekraf Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing yang dilakukan secara daring, Senin (20/6/2022), mengatakan, kebijakan itu telah disusun dalam bentuk panduan yang dapat diikuti pengelola destinasi dan sentra ekonomi kreatif di daerah dalam menghadirkan layanan tambahan ramah muslim (wisata halal). 

muslim friendly tourism adalah

Wisata halal bukan berarti islamisasi wisata atraksi, melainkan memberikan layanan tambahan yang terkait dengan fasilitas, turis, atraksi, dan aksesibilitas untuk memenuhi pengalaman dan kebutuhan para wisatawan muslim. 

"Kita akan terus tingkatkan jumlah layanan tambahan bagi para wisatawan khususnya untuk wisata halal ini. Kami telah menyusun kebijakan ini dan dalam waktu singkat kami akan menerbitkan panduan untuk destinasi tambahan. Karena selain dari destinasi unggulan seperti Sumatra Barat, Aceh, dan beberapa destinasi lainnya di Jawa Barat dan Kalimantan Selatan, ada juga seperti Madura yang ingin mengembangkan destinasi pariwisata halalnya," kata Menparekraf Sandiaga Uno. 

Data menunjukkan pada 2019, umat Islam di seluruh dunia menghabiskan total 2,02 triliun dolar AS untuk belanja makanan, kosmetik farmasi, fesyen, travel, dan rekreasi. Pasar muslim global diperkirakan akan tumbuh hingga 2,4 triliun dolar AS pada tahun 2024. Sejumlah pengeluaran terbesar bagi konsumen muslim adalah pada makanan dan minuman halal.

muslim friendly tourism adalah

Dalam pemeringkatan Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2022, Indonesia sendiri berhasil menempati posisi kedua. Naik dua peringkat dari sebelumnya di posisi keempat pada tahun 2021. 

Oleh karena itu, pengembangan layanan wisata halal dan muslim-friendly tourism wajib dilakukan untuk mendorong Indonesia menjadi pemimpin dalam pengembangan wisata ramah muslim dunia.

"Untuk wisata halal saya berharap fokus, karena kita sudah berhasil meningkatkan posisi kita ke posisi 2 sekarang kita harus menuju ke nomor 1 dan tentunya tambahan layanan atau extensional service ini dengan konsep need to have, good to have, dan nice to have," kata Sandiaga. 

Famtrip ke Desa Wisata 

Dalam kesempatan itu Menparekraf Sandiaga juga menyampaikan langkah-langkah pengembangan desa wisata dimana salah satunya Kemenparekraf menjalankan program familiarization trip (famtrip) ke desa wisata baik untuk pasar wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. 

muslim friendly tourism adalah

Pengembangan desa wisata merupakan salah satu fokus program dari Kemenparekraf/Baparekraf yang juga sejalan dengan arahan Presiden karena desa wisata dinilai mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, UMKM, menciptakan lapangan kerja, dan melestarikan lingkungan. 

Keberadaan desa wisata diharapkan dapat menjadi daya ungkit bagi ekonomi desa dan sebagai wahana promosi untuk menunjukkan potensi desa-desa wisata di Indonesia kepada wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. 

"Destinasi desa wisata ini sedang nge-hits banget, kita sekarang mendorong satu terobosan baru yaitu famtrip untuk pariwisata nusantara. Kemarin baru saja kami membawa rombongan dari Vespa World Days ke Desa Wisata Penglipuran di Bali dan mereka takjub dengan adat dan produk wisata yang ada di Desa Penglipuran," kata Menparekraf Sandiaga. 

Famtrip ini diharapkan dapat lebih memperkenalkan desa wisata ke berbagai pasar wisatawan. 

"Program-program (pengembangan desa wisata) kita terintegrasi. Ada Anugerah Desa Wisata Indonesia, juga famtrip untuk menjual destinasi-destinasi (desa wisata) ini yang selama ini belum menjadi pilihan utama dari wisatawan," kata Sandiaga. 

Menparekraf Sandiaga menyampaikan pula evaluasi atas sektor pariwisata Bali dimana tingkat kunjungan wisatawan terus menunjukkan pertumbuhan positif. Per hari ini tingkat kunjungan wisatawan mancanegara sudah sekitar 30 hingga 40 persen dibandingkan tingkat kunjungan wisman saat sebelum COVID-19. Sementara untuk wisatawan nusantara sudah mencapai 70 persen. 

"(Pasar) Australia menjadi originasi terbesar dengan pertumbuhan yang sangat sehat," kata Menparekraf Sandiaga. 

I Gusti Ayu Dewi Hendriyani

Kepala Biro Komunikasi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kemenparekraf / Baparekraf

Berita Terkait

Siaran Pers: Menparekraf Apresiasi Keroncong Plesiran Masuk dalam Karisma Event Nusantara

Defining what is Halal Tourism or Halal Travel | An introduction

muslim friendly tourism adalah

With the growth of the Halal travel market, varying terminology and definitions have been used to refer to either the total Halal travel market or its sub-segments. Terms such as Halal Tourism, Muslim Friendly Travel, and Halal travel has been widely used in the media. These terms used have had a varying focus, based on who is using the term and in which context.

Crescentrating published the world's first glossary on travel-specific terminology used to define the Muslim/Halal travel market segment . It also covers some of the terms related to an overview of Islam, core values, and practices as well as the terms used in the cultural context of Muslim lifestyle related to travel.

Here we will look at the overall terms used to refer to this market by Crescentrating, media, academics, and some government bodies and organizations.

Who are Muslim travelers or Halal-conscious travelers?

  • Muslim travelers:  Muslims who travel.
  • Muslim travel:  Muslims traveling for any purpose.
  • Muslim tourism:  Muslims traveling for tourism.
  • Halal-conscious travelers:  Muslim travelers who do not wish to compromise their faith-based needs while traveling.

The level of adherence to faith-based needs may vary from one traveler to another. As such, these terms refer to Muslim travelers who are looking for at least some form of faith-based need while traveling. The vast majority of Muslims will at the very least look for Halal food while traveling.

What does Muslim-friendly mean?

  • Muslim Friendly :  When used to refer to a service, a facility, or destination, it means that it has taken into account some faith-based needs of Muslim travelers but not all their needs.
  • Although  Halal-friendly may also convey the same meaning, the term Muslim-friendly service/facility is more appropriate.

What is Halal Tourism?

Halal tourism is used to refer to the tourism segment which caters to the faith-based needs of Muslim travelers. The level of Muslim-friendly services can vary. Other terms used to refer to this segment are:

  • Muslim travel/Muslim-friendly travel
  • Muslim tourism/Muslim-friendly tourism
  • Halal travel/Halal-friendly travel
  • Halal tourism/Halal-friendly tourism
  • Islamic travel
  • Shariah Tourism
  • Ziyarah Tourism

However, none of them have a universally understood definition.

Definition by Academics

Many academics begin to define this segment of travelers by first exploring the elements that comprise tourism and its impact. Below are some definitions presented by academics. Their discussion is mainly based on the impact it has on society.

Islamic Motivation According to Duman (2011) "Islamic tourism" can be defined as “the activities of Muslims traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for participation of those activities that originate from Islamic motivations which are not related to the exercise of an activity remunerated from within the place visited”.
Faith-based needs and services As a niche market “halal friendly” tourism includes; halal hotels, halal transport (halal airlines), halal food restaurants, halal tour packages and halal finance. Therefore, halal tourism consists of different sectors which are related with each other. (Akyol and Kilinc -2014).
Sureerat (2015) defines Halal tourism as offering tour packages and destinations that are particularly designed to cater for Muslim considerations and address Muslim needs. 
Islamic teachings Fatin Norain Osman (2015) defines Muslim tourism to be based on Islamic teaching that encourages individuals, especially women and children to travel with their muhrim which means that someone who has blood relation with them to provide them with security.

How the Media refers to this segment

Acknowledgment of growth of the Muslim travelers by leading media, such as Wall Street Journal’s (2014) reference to this segment, revolves around the term “Halal Travel”. They tend to indicate that if Halal food is available then a destination is Muslim-friendly.  

Reuters (2014) in their article “Thailand launches Muslim-friendly tourist app” defines it as providing hotels and shopping centers with prayer rooms and halal restaurants. 
The Guardian (2014) in their article “Indonesia's Lombok promotes itself as 'Muslim-friendly' tourism destination”, defines Muslim tourism as “sharia” tourism. It further states that Muslim friendly destinations are a place with many mosques. Indonesia has 600,000 mosques it writes. 

How do Government bodies refer to this segment?

The Islamic Tourism Centre (ITC) under the Ministry of Tourism have defined Islamic tourism as “any activity, event and experience undertaken in a state of travel that is in accordance with Islam” 

Definition on Wikipedia

Wikipedia states that "Halal tourism is a subcategory of tourism which is geared towards Muslim families who abide by rules of Islam. The hotels in such destinations do not serve alcohol and have separate swimming pools and spa facilities for men and women" 

CrescentRating’s Glossary of terms

CrescentRating released the first edition of its “Halal Travel Glossary” in 2015. It features a list of over 150 terms and expressions related to the Halal travel market, with an explanation of each term in the context of lifestyle and travel. 

At the release of the Glossary, Fazal Bahardeen, CEO of CrescentRating, said: “With an increasing number of destinations and services looking to attract Muslim traveller, there is a need to better understand the terms used to describe the market needs and practices related to this segment.” 

Understanding these terms is imperative for all travel-related businesses looking to benefit from the growth of this market such as tourism boards, Government agencies, hotels, restaurants,  attractions, airports, airlines, cruises, and spas. The glossary includes terms that provide an overview of terms related to travel and its core values. Each of these has been defined in the context of lifestyle and travel. 

Here is an article on a more comprehensive discussion of Halal Tourism

You may also like

What is Halal Food? An Introduction

What makes meat halal?

9 Faith-Based Service Needs of Muslim Travelers

Travel habits and patterns of Muslim travelers

An introduction to Muslim fasting in the month of Ramadan

A guide to understanding Halal restaurants and Muslim-friendly restaurants

News, Views and Opinion on Halal Travel

  • Announcements
  • Attractions Shopping Malls
  • Muslim Traveler
  • Press Releases
  • Restaurants
  • Travel Agents
  • Travel Index and Rankings
  • Travel News

TOP AUTHORS

muslim friendly tourism adalah

Subscribe to our newsletter!

Let us bring you the very latest Halal/Muslim travel market news and updates straight to your inbox.

Forgot Password

Logo HW

Featured Lifestyle May 10, 2021

muslim friendly tourism adalah

Understanding Muslim-friendly tourism

According to Global Islamic Economy Indicator Report 2020, the spending of Muslims on travel increased by 2.7 percent in 2019 from $189 billion to $194 billion. Saudi Arabia, the United Arab Emirates and Qatar ranked as the top three countries by spending. However, due to the devastating impact of the COVID-19 crisis, Muslim consumer spending on travel is expected to fall by 70 percent to $58 billion in 2020.

The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) estimated that the industry lost a total of $320 billion in just five months — between January and May 2020. The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) has forecast $2.2 trillion in losses for the industry in 2020.

While the entire world is expecting COVID-19 vaccines as the powerful solution, many countries have started strategic preparations for their tourist industry to recover, Muslim-friendly tourism included.

In general, Muslim0friendly tourism is not different from halal tourism, Islamic tourism or sharia tourism. However, in some countries, tourism players prefer the term “Muslim-friendly” instead of the rest.

Muslim-friendly tourism is defined as a type of tourism that adheres to the values of Islam. In Muslim-friendly hospitality, it is suggested that all product development and marketing efforts are designed for and directed at Muslims. Muslim-friendly hospitality services such as airlines, hotels and food services are the new fast developing tourism products in the Muslim-friendly tourist industry.

If Indonesia is also interested in developing Muslim-friendly tourism, among the compulsory requirements to fulfil is developing the national framework.  This is because that in reality, there have been many consumer complaints related to hospitality services. These includes misleading advertisements, fraud holiday packages, unfair contract terms, non-disclosure of information, low quality and inefficient services etc.

It is thus very important to examine these issues from consumer perspectives to ensure that Muslim-friendly hospitality services are consumer-friendly services and free from such problems. In doing so it is necessary to ensure consumers are adequately protected by legal and administrative regulations.

Muslim-friendly hospitality and tourism services is a high-yield segment that has the potential to develop and contribute toward Indonesia’s growth. The availability of halal food, existence of mosques and musholla (prayer room) in public places, tax-free shopping zones and a Muslim-friendly atmosphere is not enough to sustain the growth and development of Muslim-friendly hospitality services in Indonesia. In the long run it has to be a highly regulated industry that is able to set a global standard.

Although it is almost impossible to have a fool-proof system, a set of laws, regulations and administrative mechanisms need to be developed to ensure its growth and sustainability. For example, a proper definition and terminology that surrounds the industry is very much needed to avoid misconceptions and misunderstandings among consumers. 

To further support the industry and to avoid consumer fraud it is highly perceived that facilities and services commonly associated with the industry, such as dedicated zones for entertainment and wellness, must be properly registered and regulated.  It should be a requirement that a special training program be designed for e-Muslim tourist guides. Similarly, every health and wellness spa claiming to be Muslim-friendly should be legally registered and certified by the relevant authority.  

Reference: The Jakarta Post

Latest Travel News

muslim friendly tourism adalah

Destination Featured News July 17, 2024

muslim friendly tourism adalah

Featured Food News July 16, 2024

muslim friendly tourism adalah

Featured Lifestyle News July 15, 2024

muslim friendly tourism adalah

MyMuslimTrip.com

ITC Corporate Website

Islamic Tourism Centre

MyMuslimTrip

LAUNCH OF MUSLIM-FRIENDLY ACCOMMODATION RECOGNITION

PUTRAJAYA, MALAYSIA, 3 SEPTEMBER 2020: The Ministry of Tourism, Arts & Culture Malaysia (MOTAC), through Islamic Tourism Centre (ITC) has marked yet another significant milestone in Islamic tourism development in Malaysia with the launch of the official logo for the Muslim-Friendly Accommodation Recognition (MFAR). The recognition is an extension of MOTAC’s star rating system and is the first Islamic tourism-related recognition in the world that is issued by a government agency. Other standards or accreditations that are currently out in the market are all released by private entities.

The implementation of a Muslim-friendly Accommodation Recognition will provide opportunities to not only set the standards but further tap into the Muslim and non-Muslim markets. The concept of ‘Muslim-friendly’ has started to gain traction in a number of countries in the world. This concept focuses on the importance of fulfilling the needs and facilities for Muslim travellers by hoteliers such as hygiene and cleanliness, use of toiletries, halal food and safety and spiritual offerings that hotels can offer.

“In 2019, Malaysia received a total of 5.33 million Muslim tourist arrivals, an increase of 1.45% from 2018 (5.25million arrivals) generating RM16.72 billion in tourist receipts, an increase of 0.72% from 2018 (RM16.60b),” said YB Dato’ Sri Hajah Nancy Shukri, Minister of Tourism, Arts & Culture Malaysia at the official MFAR logo launch ceremony today at Mövenpick Hotel & Convention Centre KLIA.

“We have a choice to provide the necessary infrastructure and facilities to meet the increasing number of Muslim travellers globally, as well as fulfil their faith-based requirements. In consideration of this, we have taken a step ahead in expanding its services by creating a new scheme under the Muslim-friendly Tourism concept for hotels known as the Muslim-friendly Accommodation Recognition”, she added.

The Muslim-friendly Accommodation Recognition has received good support from the Malaysian Association of Hotels (MAH), the Malaysian Association of Hotel Owners (MAHO) and the Malaysia Budget Hotel Association (MyBHA). As of September 2020, ITC has given recognition to a total of 30 hotels in Malaysia as Muslim-friendly (30 hotels in 2020, 12 hotels in 2019). “The introduction of MFAR by ITC is an added value to the existing Hotel Star Rating by MOTAC. It will further strengthen the national tourism industry especially in the Muslim-friendly Tourism (MFT) market segment.”

“Hoteliers and Accommodation providers are encouraged to apply for the Muslim-friendly Accommodation Recognition as it will enable hoteliers to generate a greater income from the domestic Muslim traveller market and contribute to the nation’s economy. This initiative is to also part of the Government’s continuous efforts to put the tourism industry in a state of readiness for the time when we welcome back global visitors to our shores,” she continued.

The launch ceremony is to introduce the official logo for the Muslim-friendly Accommodation Recognition programme. The logo is intended as a brand recognition to provide Muslim travellers with a greater sense of assurance, confidence and comfort that their chosen abode for recreational or business travel accommodation needs conforms to the tenets of Islam. The design is deliberately kept simple yet distinct, with the overall brand signature intended to afford easy recognition and identification, much like the Department of Islamic Development Malaysia’s (JAKIM) ‘Halal’ logo globally.

For years now, the global tourism industry has seen a significant increase in the Muslim traveller market. Based on a joint report conducted by MasterCard and Crescentrating called the Global Muslim Traveller Index, there was an estimated 140 million Muslims travelling worldwide in 2019. The number of Muslim travellers is projected to reach 230 million by 2026. While this report was conducted before the Covid-19 pandemic, the Muslim traveller market is still expected to increase albeit not as much as projected previously, once the pandemic is under control.

With the implementation of MFAR, Malaysia is poised to be the destination of choice for Muslim travellers. ITC has also several programmes in the pipeline to complement the Muslim Friendly Accommodation Recognition that are projected to contribute to Malaysian tourism industry.

— END —

Islamic Tourism Centre (ITC) is an entity under the Ministry of Tourism, Arts and Culture, Malaysia tasked to develop the Islamic tourism segment for Malaysia. It advocates for Muslim-friendly tourism by offering research and market intelligence, training, industry development consultation, Muslim-friendly tourism and hospitality services standards and certification, and information exchange.

For further details, kindly contact: Islamic Tourism Centre, Level 13, Ministry of Tourism, Arts and Culture Malaysia No. 2 Tower 1, Jalan P5/6, Precinct 5, 62200 Putrajaya, Malaysia Tel: 03-8891 7177 or via email [email protected]

BITL

Ready to tap into the Muslim tourist market and elevate your business?

  • Philippines
  • South Korea
  • The Maldives
  • Appointments
  • Trade Calendar
  • News Archive

muslim friendly tourism adalah

  • Print Edition

muslim friendly tourism adalah

Indonesia ramps up Muslim-friendly travel offerings

muslim friendly tourism adalah

Indonesia Halal Tourism Association (PPHI), in cooperation with CrescentRating, has launched strategic initiatives to accelerate the revival of Indonesia’s tourism industry by capitalising on Muslim travel.

The initiatives include transformation towards resilience and post-lockdown industry competitiveness, improvement of the Muslim-friendly tourism ecosystem in Indonesia, marketing development, and big data usage.

Various programmes are in place to achieve the objectives, such as rating and accreditation services for the industry and Muslim-friendly businesses, destination ranking, awards, industry training, as well as roundtable discussions.

Speaking at a signing ceremony in Jakarta last weekend, Riyanto Sofyan, chairman of PPHI said: “We are planning to organise a global Muslim-friendly tourism summit (in) 2023, which will comprise of B2B and B2C travel mart, international conference and the Muslim-Lifestyle Indonesia Award.”

He added that the Indonesia Muslim Travel Index will be relaunching in 2023 – the first was released in 2018, and the year after in 2019.

Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 reported that global Muslim travel numbers peaked in 2019 with 160 million travellers. The post-lockdown figure is projected to reach 140 million in 2023, returning to pre-pandemic levels in 2024. By 2026, global traffic is expected to reach 230 million with a total spending of US$225 billion.

According to Riyanto, Indonesia experienced a steady growth of Muslim arrivals before the pandemic. CrescentRating estimated the numbers to be 2.9 million or around 18 per cent of total arrivals to the country.

Riyanto opined that the time was right to develop and promote to the Muslim travel market again as travellers are seeking family-friendly, environmentally-conscious and quality trips.

With Indonesia ranked second in the GMTI 2022, Andi Maipa Dewandaru, minister’s staff, Ministry of Tourism and Creative Economy stated that Muslim travel was one of the development focus as an extended tourism service in the country, with the goal of ranking first in the future GMTI.

Commenting that Indonesia had all the ingredients to attract Muslim travellers and the potential to move the economy, Fazal Bahardeen, CEO, CrescentRating said: “With this cooperation, we are committed to put sustainable growth of the market forward while embracing various community elements.”

muslim friendly tourism adalah

Endless entertainment and sporting fun for all at this Hoi An luxury integrated resort

muslim friendly tourism adalah

PARKROYAL COLLECTION Pickering leads the way in sustainable hospitality

muslim friendly tourism adalah

What’s next for the future of travel?

muslim friendly tourism adalah

Your gateway to Asia with Resorts World Cruises

Set sail with Silversea and save up to $2,000

muslim friendly tourism adalah

Uncover the wonders of Thailand with BWH Hotels

muslim friendly tourism adalah

Digital Travel APAC Summit 2024 returns with a fresh roster of industry professionals for networking and sharing of insights

muslim friendly tourism adalah

Advertise with us

muslim friendly tourism adalah

Is Your Business Listed On TTGmice Planner Online?

RELATED ARTICLES

Positive attention, mastercard-crescentrating gmti 2024 spotlights the power of women travellers, accessibility, western australia launches muslim guide for travellers, spain unveils new tourism travel guide for muslim travellers, muslim travel intent trends up, hitting record high, mastercard-crescentrating introduces new tools in global muslim travel index 2023 report, mastercard-crescentrating report reveals indonesia and malaysia as top destinations for muslim travellers, muslim travel interest on the rise again, tapping into the billion-dollar muslim tourist market, tried and tested.

muslim friendly tourism adalah

Four Points by Sheraton Bintan, Lagoi Bay

muslim friendly tourism adalah

Sail away with Royal Caribbean’s latest offers

What to buy now.

muslim friendly tourism adalah

New hotels: Island Shangri-La, Hong Kong, Courtyard by Marriott Kuala Lumpur...

muslim friendly tourism adalah

  • TTG Travel Awards
  • Privacy Policy
  • Terms of Use

muslim friendly tourism adalah

All Rights Reserved

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

Analysis of Muslim Friendly Tourism Development in Indonesia

Profile image of Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam

Related Papers

Proceedings of the 3rd International Conference on Education and Training (ICET 2017)

Tanti Kustiari

muslim friendly tourism adalah

Achmad Rizal

IOP Conference Series: Earth and Environmental Science

lestari ningrum

SSRN Electronic Journal

Aan Jaelani (SCOPUS ID: 57195963463)

Journal of Indonesian Tourism and Development Studies

Muhammad Suradin

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam

International Journal of Economics Business and Entrepreneurship

Darmianti Razak

GeoJournal of Tourism and Geosites

risdawati ahmad

Indonesia and the Malay World

sonny ananias Djonler

International Conference on Sustainable Development Goals (ISCIS)

julita then

RELATED PAPERS

Joao Queiroz

Vilnius : Vertybinių popierių birža

Valdone Darskuviene

Ismi Nurfadilah

Wilson Martinez Guaca

Studi sul Settecento Romano

Marco Coppolaro

Douglas Brito

Muhammad Irwan

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)

maulita indrisari

Andreia Rosa

哪里购买梅西大学毕业证 新西兰学位证书原版一模一样

Paul J.J. van Geest, et al., eds., Brill Encyclopedia of Early Christianity (Brill: Leiden, 2021)

Ralph Mathisen

Arie Dirkzwager

Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research)

Alberto Cantera

indaarkumar9800 indaarkumar9800

HAL (Le Centre pour la Communication Scientifique Directe)

marie soret

ASAE Meeting …

Barry Haymore

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024

Borneo Post Online

Highly anticipated 4th World Islamic Tourism Conference in KL this Sept

muslim friendly tourism adalah

Khairul Firdaus speaks during the media launch at Sunway Resort Hotel recently.

KUALA LUMPUR (July 21): The highly anticipated 4th World Islamic Tourism Conference (WITC) is set to take place on September 12 and 13, showcasing the region’s commitment to Muslim-Friendly Tourism and Hospitality (MFTH).

At the media launch held at Sunway Resort Hotel in Bandar Sunway, Deputy Minister of Tourism, Arts, and Culture Malaysia (Motac) Khairul Firdaus Akbar Khan took the initiative to become the first official registrant.

This year, Sunway Resort Hotel is proud to host the highly anticipated conference. Evenesis, the event management software supplier, is assisting WITC’s website, https://witc.gov.my, in enabling online payment acceptance.

This event aims to bring together 500 representatives from various industries including tourism, hospitality, Halal, transportation, and associated sectors, fostering cross-industry dialogue and collaboration.

Understanding the needs of Muslim tourists, promoting Muslim-friendly travel and community, and embracing inclusivity are key themes that will make this year’s WITC a valuable event focused on forging connections.

Renowned experts will generously impart their wisdom including Ambassador of Uzbekistan to Malaysia Dr Karomidin Gadoev, Undersecretary of Philippines Department of Tourism Myra Paz Valderrosa-Abubakar, Malaysia-Bosnia and Herzegovina Business Council vice-president Mirza Vejzagic, Batik Air CEO Datuk Chandran Rama Muthy, and Creed & Culture CEO Omar Dacosta Shahid.

With the theme “Forging Connections”, the conference is set to create a historic event by partnering with Sunway Resort Hotel as the venue and official hotel.

WITC’s involvement in the global MFTH sector and its partnership highlight the significance of connecting key industry participants, enhancing strategic alliances, and promoting future growth in Malaysia and beyond, particularly with the upcoming Visit Malaysia 2026.

Islamic Tourism Centre (ITC) is currently offering a special promotion where you can enjoy a 50 per cent discount on registrations made before August 31.

Malaysians have the opportunity to register for only RM125, while international delegates can take advantage of a discounted rate of US$50.

All eligible Malaysians are able to claim the 4th WITC through HRD Corp.

MyKad holders have the convenience of paying through various methods, including online bank transfer, E-wallet, debit, or credit.

Visa, Mastercard, Maestro, and Amex can be used by individuals who do not possess a MyKad, whether it is for debit or credit transactions.

ITC director-general Nizran Noordin emphasised that WITC is a conference focused on thought leadership, where participants can share insights, exchange ideas, and contribute to the development of sustainable Islamic Tourism.

“This year’s WITC will focus on connecting destinations, fostering mutual understanding, enhancing economic collaboration, encouraging cultural exchange, and promoting innovation and sustainability.

“In addition, the conference aims to garner support for Malaysia’s Umrah Transit Hub, a comprehensive plan that aims to benefit Malaysia and all participating nations by promoting socio-economic inclusivity,” he said.

“This initiative aims to showcase Malaysia’s position as a welcoming destination for Muslim travelers in the region, its dedication to promoting sustainable tourism, and fostering cultural exchange between different countries,” he added.

Once again, Malaysia has been recognized as the Top Muslim-Friendly Destination (OIC) in the Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) Report.

This prestigious title has been held by Malaysia since 2015, solidifying its reputation as a top choice for Muslim travelers.

This recognition enhances Malaysia as an ideal destination for both leisure and business travelers, particularly those who appreciate the country’s unique blend of ecology, culture, nature, and modern attractions.

Islamic Tourism, MFTH, and WITC focus on the Muslim tourism industry, which is projected to reach USD 225 billion by 2028, highlighting the promising future of this sector.

Join us at the 4th World Islamic Tourism Conference on September 12 and 13, 2024, at Sunway Resort Hotel, Bandar Sunway, Selangor.

Sign up today at https://witc.gov.my to take advantage of our special early bird discounts and stay informed with the latest updates.

Stay connected with us on Instagram (itc_my), Facebook (Islamic Tourism Centre), and LinkedIn (Islamic Tourism Centre) for the latest updates. For any inquiries, feel free to contact us at [email protected] .

Sponsored links

muslim friendly tourism adalah

  • The Star ePaper
  • Subscriptions
  • Manage Profile
  • Change Password
  • Manage Logins
  • Manage Subscription
  • Transaction History
  • Manage Billing Info
  • Manage For You
  • Manage Bookmarks
  • Package & Pricing

Cash in on Muslim travel boom, tourism sector urged

Friday, 19 Jul 2024

Related News

Bank Islam issues RM1bil senior Sukuk Murabahah

Bank Islam issues RM1bil senior Sukuk Murabahah

‘muslims must promote islam boldly’, unity govt protects, not neglects position of islam, says asyraf wajdi.

PETALING JAYA: The nation’s tourism sector must gear up to tap the estimated RM1 trillion Muslim tourist expenditure over the next four years, says Khairul Firdaus Akbar Khan.

“With the Muslim tourist market becoming a strong force in the global tourism and Islamic economy, especially with the Muslim population worldwide reaching two billion last year, the demand for Muslim-friendly products and services is also growing.

“It is therefore timely to consider some key questions about the new tourism landscape,” the Deputy Tourism, Arts and Culture Minister said during the media launch of the upcoming 4th World Islamic Tourism Conference (WITC) yesterday.He described the WITC, to be held on Sept 12 and 13 at the Sunway Resort Hotel, as timely in providing a platform for both local and international tourism players to exchange ideas and views on how to tap the growing market.

He noted that Malaysia is the only destination to pioneer standards and service recognition programmes designed specifically for the market.

Among them, he said, were the Muslim-Friendly Tourism and Hospitality Assurance and Recognition and Muslim-Friendly Tourist Guide programmes.

He said that WITC would also help introduce potential investors to the nation’s expansion plans such as the Umrah Transit Hub initiative.

Islamic tourism, according to Khairul Firdaus, is inclusive and does not aim to prevent conventional tourists from fully experiencing a particular destination.

“It simply provides Muslims with Muslim-Friendly Tourism Hospitality (MFTH) options to make their travel experiences more comfortable and fulfilling.”He added that MFTH practices can be adopted by anyone in the tourism industry, aimed at offering choices that benefit both Muslim and non-Muslim tourists visiting the country.

Meanwhile, Islamic Tourism Centre (ITC) director-general Nizran Noordin said that the country receives about 20% of Muslim tourist arrivals annually out of the total number of international tourist arrivals.

“For the past nine consecutive years, we have been in the number one spot in the Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index ranking for Muslim-friendly destinations.

“This is a strong validation of Malaysia as a friendly destination when it comes to attracting Muslim tourists,” he said when met after the event.He noted that since its inception in 2009, ITC has developed several standards and recognition programmes to assist those in the tourism industry here to standardise and better promote their products to Muslim tourists.

Tags / Keywords: islam , tourism

Found a mistake in this article?

Report it to us.

Thank you for your report!

‘Muslims must promote Islam boldly’

Elegant makeover for historic Penang HLB branch

Next in nation.

muslim friendly tourism adalah

Trending in News

Air pollutant index, highest api readings, select state and location to view the latest api reading.

  • Select Location

Source: Department of Environment, Malaysia

Others Also Read

Best viewed on Chrome browsers.

muslim friendly tourism adalah

We would love to keep you posted on the latest promotion. Kindly fill the form below

Thank you for downloading.

We hope you enjoy this feature!

COMMENTS

  1. Menyoal Perbedaan Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family

    Setelah menduduki peringkat pertama, muncul berbagai usulan nama yang bikin puyeng kepala. Ketiga nama itu adalah Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism. Namun, jika ditelisik lebih dalam, tujuan ketiga nama itu merujuk pada wisata halal. Hanya perbedaan nama saja. Namun, persoalan nama bukan persoalan remeh.

  2. Persiapan Pengembangan Halal Tourism dan Muslim-Friendly di Indonesia

    Halal tourism atau wisata halal adalah sebuah model atau paket layanan tambahan atau extended services amenitas yang ditunjukkan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman dan keinginan wisatawan muslim. Menurut Alexander Reyaan, Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf, layanan tambahan meliputi need to have, seperti makanan halal dan fasilitas untuk salat, dan good to have, seperti toilet ...

  3. Destinasi Moslem Friendly Tourism Tanah Air

    5 Destinasi Ramah Muslim di Indonesia. Menurut Lembaga riset dan sertifikasi halal, CrescentRating, ada 5 destinasi moslem friendly tourism tanah air yang tercatat dalam Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019, seperti berikut ini: Lombok. Selain memiliki keindahan alam yang memesona, Lombok turut menjadi salah satu destinasi wisata ramah ...

  4. Wisata Halal (Halal Tourism)

    Wisata halal atau halal tourism adalah sebuah kegiatan perjalanan dimana layanan atau fasilitas yang menunjang kegiatan berwisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan muslim yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip nilai syariah Islam. Prinsip-prinsip syariah tersebut tidak hanya terfokus pada objek saja, tetapi perilaku saat melaksanakan perjalanan ...

  5. Panduan Pariwisata Ramah Muslim di 5 Destinasi Favorit

    Pariwisata Ramah Muslim atau Moslem Friendly Tourism menyimpan potensi besar, apalagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Sudah selayaknya Indonesia bersiap untuk memimpin wisata ramah muslim dunia. ... Panduan Pariwisata Ramah Muslim di 5 Destinasi Favorit. Rekomendasi Untuk Anda. 20220922.

  6. Kemenparekraf Kaji Muslim-Friendly Tourism di Indonesia

    KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan bahwa pihaknya tengah mengkaji dan meninjau secara komprehensif pariwisata halal atau Muslim-friendly tourism di Indonesia.. Sandiaga menjelaskan, masa pandemi adalah waktu yang baik untuk menata ulang pariwisata tersebut. Ia juga menyebutkan beberapa kandidat provinsi untuk pariwisata halal, di antaranya Aceh ...

  7. Understanding Muslim-friendly tourism

    A. ccording to Global Islamic Economy Indicator Report 2020, the spending of Muslims on travel increased by 2.7 percent in 2019 from $189 billion to $194 billion.Saudi Arabia, the United Arab ...

  8. Muslim Friendly dan Halal Tour, Apa Perbedaannya?

    Berikut perbedaan antara "Muslim Friendly" dan "Halal Tour". Muslim Friendly, istilah ini merujuk pada fasilitas dan layanan yang dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan dan preferensi wisatawan muslim namun belum mengikuti sepenuhnya pedoman halal dalam kaidah agama islam. Aspek-aspek yang mencakup hal ini seperti makanan, akomodasi ...

  9. Kemenparekraf: Ekonomi Syariah Kunci Pendukung Halal Tourism di Indonesia

    Jika wisata muslim friendly berhasil dikembangkan, kualitas ekonomi syariah di Indonesia juga akan semakin baik. Sebaliknya, ekonomi syariah yang berkembang pesat akan berdampak baik bagi pembangunan wisata muslim friendly di Indonesia. Untuk diketahui, muslim friendly adalah konsep atau desain pelayanan yang mengacu pada nilai-nilai Islam ...

  10. Penjelasan Terkait Wisata Halal Muslim atau Muslim_Friendly Tourism

    Liputan6.com, Jakarta Pada 2015 informasi mengenai Wisata Halal atau Muslim_Friendly Tourism mulai menggema. Sejak saat itu, Kemenpar membentuk Tim Percepatan Wisata Halal, dan mengembangkan tiga destinasi utamanya, yakni Aceh, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengembangan Wisata Halal pertama kali terjadi di Lombok, NTB.

  11. Siaran Pers: Kemenparekraf Siapkan Panduan Penyiapan Destinasi Wisata

    Sejumlah pengeluaran terbesar bagi konsumen muslim adalah pada makanan dan minuman halal. Dalam pemeringkatan Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2022, Indonesia sendiri berhasil menempati posisi kedua. ... Oleh karena itu, pengembangan layanan wisata halal dan muslim-friendly tourism wajib dilakukan untuk mendorong Indonesia menjadi ...

  12. Apa Itu Halal Tourism? Wisata Idaman yang Muslim Friendly

    Pengembangan halal tourism di Indonesia menjadi kekuatan yang harus dikembangkan. Menurut Alexander, ada 3 potensi yang bisa dikembangkan. Pertama, kekayaan dan keragaman sumber daya pariwisata nasional. Kedua, atensi dan sikap positif masyarakat terhadap pengembangan halal tourism.Terakhir, posisi Indonesia sebagai tujuan investasi halal tourism, mengingat Indonesia adalah negara mayoritas ...

  13. Defining what is Halal Tourism or Halal Travel

    Terms such as Halal Tourism, Muslim Friendly Travel, and Halal travel has been widely used in the media. These terms used have had a varying focus, based on who is using the term and in which context. Crescentrating published the world's first glossary on travel-specific terminology used to define the Muslim/Halal travel market segment. It also ...

  14. Indonesia Raih Peringkat Satu Wisata Halal dalam Global Muslim ...

    TEMPO.CO, Jakarta - Tahun ini, Indonesia berhasil meraih predikat Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 dalam Mastercard Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 di Singapura. Wisata halal Indonesia naik peringat satu dari sebelumnya peringkat dua. "Kita mendapat hasil yang di luar dugaan, Indonesia berhasil ada di posisi pertama Global Muslim Travel Index," kata ...

  15. Understanding Muslim-friendly tourism

    Understanding Muslim-friendly tourism. According to Global Islamic Economy Indicator Report 2020, the spending of Muslims on travel increased by 2.7 percent in 2019 from $189 billion to $194 billion. Saudi Arabia, the United Arab Emirates and Qatar ranked as the top three countries by spending. However, due to the devastating impact of the ...

  16. LAUNCH OF MUSLIM-FRIENDLY ACCOMMODATION RECOGNITION

    As of September 2020, ITC has given recognition to a total of 30 hotels in Malaysia as Muslim-friendly (30 hotels in 2020, 12 hotels in 2019). "The introduction of MFAR by ITC is an added value to the existing Hotel Star Rating by MOTAC. It will further strengthen the national tourism industry especially in the Muslim-friendly Tourism (MFT ...

  17. Indonesia ramps up Muslim-friendly travel offerings

    The post-lockdown figure is projected to reach 140 million in 2023, returning to pre-pandemic levels in 2024. By 2026, global traffic is expected to reach 230 million with a total spending of US$225 billion. According to Riyanto, Indonesia experienced a steady growth of Muslim arrivals before the pandemic. CrescentRating estimated the numbers ...

  18. Indonesia Tops Halal Tourism in Global Muslim Travel Index 2023

    TEMPO.CO, Jakarta- Indonesia managed to grab the Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 in the Mastercard Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 in Singapore, which is an improvement from last year's second place. "We got an unexpected result that saw Indonesia placing first in the Global Muslim Travel Index," said Sandiaga Uno, Tourism and Creative Economy ...

  19. Percutian dari Hanoi ke Sapa: Muslim Friendly, Tarikan & Aktiviti!

    Vietnam adalah sebuah negara di mana tradisi kuno berpadu dengan kesibukan moden, mencipta atmosfera unik yang seronok dan damai. ... Muslim-Friendly 4H3M ke Taiwan : Muslim Tour, Tempat Menarik & Makanan Halal 1 Jul 2024 15 Taman Tema Best di KL 2024: Taman Tema Menarik untuk Dikunjungi! ...

  20. Analysis of The Global Muslim Travel Index (Gmti) Muslim-friendly

    The Muslim-friendly tourism trend is a new phenomenon in the tourism industry. The Muslim community's demands for a tourist destination are not only limited to the uniqueness and tourist ...

  21. (PDF) Muslim Friendly Tourism

    Muslim Friendly Tourism. It is an attempt to make the tourism. experience enjoyable to Muslim T ravelers and. allowing them to perform r eligious duties. Muslim Travellers become sensitive to ...

  22. Global Muslim Travel Index

    The Global Muslim Travel Index was started by Fazal Bahardeen in 2011 and is published annually by CrescentRating. In 2017 ... In 2019 GMTI rankings, Indonesia and Malaysia were ranked as the most Muslim travel-friendly countries. In 2021, the ranking was expanded to 140 destinations.

  23. Analysis of Muslim Friendly Tourism Development in Indonesia

    Muslim-friendly tourism investment is an absolute must for the government, this is because Muslim-friendly tourism is predicted to be excellent in the next five years so that the government Sugeng Santoso, etc.: Analysis of Muslim Friendly Tourism Development in Indonesia and society are expected to follow this flow.

  24. Muslim Friendly Tourism and Western Creative Tourism: the Conceptual

    Specifically, this paper addresses the issue of creativity in Muslim friendly tourism. To achieve this, systematic literature review and the content or document analysis were employed for data collection and the analysis. This research argued that the current components of Muslim friendly destination are yet inadequate, notably the creativity ...

  25. Highly anticipated 4th World Islamic Tourism Conference in KL this Sept

    KUALA LUMPUR (July 21): The highly anticipated 4th World Islamic Tourism Conference (WITC) is set to take place on September 12 and 13, showcasing the region's commitment to Muslim-Friendly ...

  26. Cash in on Muslim travel boom, tourism sector urged

    "It simply provides Muslims with Muslim-Friendly Tourism Hospitality (MFTH) options to make their travel experiences more comfortable and fulfilling."He added that MFTH practices can be ...